Pembunuhan Akibat Postpartum Depression

Kamis 13-06-2024,21:59 WIB
Oleh: Djono W. Oesman

Mobil berhenti. Untung, tidak ada kendaraan lain di sekitar. Mobil juga tidak menabrak apa-apa. Semuanya selamat.

Beberapa detik kemudian, Laura menangis tersedu-sedu. Merebahkan wajah ke kemudi mobil. Tentunya sang suami, Dan, heran. Namun, Dan kemudian ingat bahwa Laura belum lama berselang didiagnosis mengidap postpartum depression. Disebut juga postpartum psychosis.

Dan bisa memaklumi tindakan Laura. Meski, ia tidak paham makna postpartum psychosis. Setidaknya ia paham, itu penyakit psikologis setelah perempuan melahirkan.

Kisah Laura itu terkenal di Inggris, sebelum pandemi Covid. Kisah nyata. Cuma, identitas Laura dan keluarga tidak diperinci, demi privasi. Bahkan, kisah nyata itu jadi bagian dari film dokumenter Channel 4 tentang kesehatan mental pada Januari 2020.

Administrator kantor polisi setempat mengatakan, berdasar hasil pemeriksaan, Laura tidak pernah mengalami masalah kesehatan mental apa pun sebelum didiagnosis menderita psikosis pasca persalinan setelah dia melahirkan Olivia pada Juni 2019.

Tapi, apa yang sesungguhnya dialami Laura sehingga berniat membunuh suami dan anak?

Laura kepada Channel 4: ”Saya mulai dengan halusinasi atau mimpi buruk, tapi saya tidak yakin apa itu.”

Dilanjut: ”Halusinasi pertama yang saya alami adalah Olivia dianiaya dan dilempar oleh orang. Saya mengalami tiga kali mimpi tersebut dan sampai pada titik saya tidak ingin tidur lagi.”

Dilanjut: ”Saya menjadi makin buruk karena Dan (suami) selalu tidur pulas. Saya membencinya karena ia bisa tidur.”

Akhirnya: ”Seiring berjalan waktu, saya mulai bersikap agresif terhadap Dan. Padahal, itu tidak seperti saya.”

Dari pengakuan Laura, jelas bahwa alasan dia membunuh suami dan anak adalah irasional. Bahkan absurd.

Lalu, apakah postpartum psychosis itu?

BBC menyimpulkan begini: Penyakit kesehatan mental yang jarang tetapi serius. Bisa menyerang ibu baru melahirkan di mana pun. Gejalanya berupa halusinasi, delusi, manik dan suasana hati yang buruk, hilang kendali emosi, kegelisahan, perilaku di luar karakter, dan kebingungan.

Gejala muncul pada sekitar 12 pekan setelah perempuan melahirkan. Bisa sampai beberapa pekan kemudian. Namun, tidak sampai setelah bayi berusia setahun. Di batas itu, usia anak kembar Fadhilatun, cocok dengan teori tersebut.

Jika tidak ditangani, kondisi itu dapat memburuk dengan cepat dan menyebabkan ibu membahayakan si bayi, diri sendiri, atau orang lain. Karena perilaku agresif irasional. Bisa membunuh siapa pun.

Pengobatannya, dirawat di RS unit ibu dan bayi. Juga, dilakukan cognitive behavioural therapy (CBT). Ditambah terapi elektrokonvulsi.

Kategori :