Keduanya bahkan tercatat tumbuh dalam lingkungan pendidikan yang sama dan terlibat dalam pendirian sekolah Taswirul Afkar di Ampel. Produsen pasukan santri pejuang tahun 45. Tapi kisah itu untuk lain kesempatan saja.
Beda Ormas, sama-sama Gipo. Potret KH Mas Mansyur salah satu tokoh pendiri Muhammadiyah dan KH Hasan Gipo ketua PBNU pertama. Keduanya sama-sama cucu keturunan Sagipoddin-Wikipedia/Yayasan IKSA-
Kembali ke Ampel: sepanjang tahun 2015 Zein menghubungi seluruh keluarga Gipo yang masih hidup. Meminta mereka untuk mencari apapun itu, catatan, cerita, semua hal yang bisa jadi petunjuk.
Sesepuh keluarga Gipo pun satu per satu dibawanya ke kuadran makam KH Mas Mansur. Tempat puluhan makam-makam tak bernama.
BACA JUGA:Wali Kota Ajak Keturunan Hasan Gipo dan KH Mas Mansur Bangun Kota Lama Surabaya
Mereka diminta mengerahkan segala daya ingatan untuk mengidentifikasi anggota keluarga Sagipoddin. Upaya itu cukup sulit lantaran banyak nisan yang kembar. Paling besar tentu makam KH Mas Mansur.
Mula-mula nisan Abdul Latif Sagipoddin berhasil diidentifikasi, lalu istrinya Tafsiroh alias Latifah. Lalu kakek Hasan Gipo, Ahmad dan Tarmidzi, dan beberapa anggota lain. Zein pun senang, upaya keras mulai membuahkan hasil.
Hanya makam Hasan Basri alias Hasan Gipo, sang Ketua PBNU yang gagal ditemukan.
Ketika semua jalur penelusuran tulisan dan tutur mentok, cuma tersisa jalan spiritual. Alias melalui penerawangan. Apa boleh buat, jalan ini harus ditempuh.
Diundanglah beberapa orang yang dinilai memiliki “kelebihan” spiritual alias orang pintar. Tapi hasilnya tidak pernah memuaskan.
Satu orang beralasan bahwa Hasan Gipo orangnya Tawadhu. Tidak mau keberadaannya diketahui. Yang lain alasan begini dan begitu. “Pokok’e nggak enek sing nggenah wong-wong iku,” keluh Zein.
BACA JUGA:Pemkot Surabaya Rancang Kawasan Langgar Gipo Ampel
Upaya baru menemukan hasil saat seorang perempuan “Misterius” dari Gresik yang diketahui masih cucu Gipo dibawa ke makam. Tanpa banyak bicara, ia langsung menunjuk sebuah nisan. Selesailah pencarian makam Hasan Gipo, Ketua PBNU pertama.
Wahid Zein lantas pergi ke pedagang cetak plat nomor kendaraan bermotor di depan RSI Ahmad Yani Surabaya dan membuatkan papan-papan nama identifikasi makam keluarga Gipo.
Kisah penelusuran makam ini pun terbit di Jawa Pos edisi 7 Desember 2016. Setelah itu saya putus kontak dengan Keluarga Gipo karena dipindah tugaskan ke Jakarta.
Enam tahun kemudian, tepatnya Sabtu, 15 Juni 2024 lalu saya dan Abdul Wahid Zein bertemu kembali. Saya berdiri tertegun, Langgar Gipo sudah dipugar lebih mewah, diresmikan sendiri oleh orang nomor satu di Surabaya: Wali Kota Eri Cahyadi dan telah diakui sebagai cagar budaya dan destinasi wisata religi Kota Surabaya.