Evolusi Teknologi Polisi Memburu Pelaku Tindak Kejahatan: Dulu Andalkan Pager, Kini Dimudahkan Tracker Alamat IP

Senin 01-07-2024,10:17 WIB
Reporter : Mohamad Nur Khotib
Editor : Mohamad Nur Khotib

Perkembangan teknologi memudahkan pekerjaan Badan Reserse Kriminal dalam memburu pelaku tindak kejahatan. Bisa dengan mengandalkan jejak pelaku yang terekam CCTV hingga IP Address dari nomor ponsel. Namun, puluhan tahun lalu, perburuan masih menggunakan teknologi yang sangat sederhana.

------

“Jadi, tinggal klik link ini, kita sudah tahu lokasi yang bersangkutan,” ujar salah seorang rekanan polisi yang kami temui di sebuah kafe bilangan Ngagel, Surabaya, pada Selasa, 25 Juni 2024.

Lelaki 47 tahun itu menunjukkan betapa mudahnya melacak keberadaan seseorang. Ia tinggal menyetor nomor ponsel ke tim siber kepolisian. Lalu hanya dalam beberapa menit sudah bisa mendapat informasi yang presisi.

Mulai dari titik nol keberadaan pelaku dengan link Google Maps, International Mobile Equipment Identity (IMEI) alias nomor internasional yang terdiri dari 15 digit, hingga nomor seri ponselnya.

BACA JUGA:Polri Tangkap Buronan Kasus TPPO Modus Ferienjob Jerman di Italia

Begitu link diklik, peta menunjukkan keberadaan yang bersangkutan sedang di luar Pulau Jawa. Ia sedang membantu seorang kawannya yang ditinggal sang suami. Itulah kecanggihan tracker yang dimiliki kepolisian. “Kalau dulu sebelum ponsel semasif sekarang kan pasti susah melacaknya,” terangnya.

Dari kolom percakapan itu, ia terlihat sering meminta bantuan tim siber. Kasusnya macam-macam. Dari soal rumah tangga biasa hingga tindak kejahatan.


Reka ulang kasus pembunuhan Pembunuh Guru Honorer yang terjadi Surabaya.-Julian Romadhon-

“Sekarang belum tentu makin gampang. Tantangannya juga tambah berat karena polisi pun bisa dikelabui,” jelas (Purn) AKP Puguh Suhardono, mantan wakapolsek Tenggilis yang baru pensiun pada 2020 itu saat ditemui Harian Disway di sebuah warung di Darmo dalam suatu kesempatan.

Artinya, bukan cuma polisi yang canggih. Para pelaku tindak kejahatan pun sama. Sudah banyak contohnya bagaimana mereka mengelabui polisi selama perburuan. Yang paling sering, mengganti identitas hingga nomor ponsel dalam persembunyian.

BACA JUGA:Buron 8 Tahun, Pegi Setiawan 'Vina Cirebon' Jadi Kuli Bangunan di Bandung

Kesibukan tim siber juga luar biasa. Tindak kejahatan terus meningkat. Dalam satu jam bisa melayani ratusan permintaan serupa. Mulai dari Reskrim, Densus, hingga Brimob. Tapi, bagaimanapun, kepolisian terus mengikuti perkembangan zaman.

Itu bisa dilihat dari pengalaman Puguh sejak kali pertama bertugas pada 1984 di wilayah selatan Surabaya. Tentu di era itu belum ada ponsel apalagi ponsel pintar. Semua informasi seputar kriminal diperoleh dari laporan warga hingga informan khusus.

Antaranggota kepolisian mengandalkan pager untuk menyalurkan informasi tersebut. Puguh masih ingat merk-nya: Starko. Kotak kecil hitam kecil itu punya layar display mini. Biasanya, pager tersebut ditempelkan di ikat pinggang bagian samping. 

BACA JUGA:Dosen Nuklir UGM Masih Buron, Penyidik Bantah Terima Surat Sakit

“Dulu, setiap pager berbunyi itu bikin kami bangga. Karena merasa dipercaya oleh korp,” jelas lelaki kelahiran 1962 tersebut. Bunyi pager itu seperti alarm ponsel lawas. Hanya dentingan nada pendek. 

Bunyi tersebut adalah tanda ada pesan yang masuk dari atasan. Di layar langsung muncul tulisan digital. Menginformasikan jenis kasus yang sedang terjadi hingga titik nol tempat kejadian perkara (TKP).

Kategori :