Felix menyebut bahwa Casparina berada dalam konflik batin. Satu sisi membela negara di panggung diplomasi internasional, di sisi lain dia merupakan ibu yang terpisah dari anak-anaknya. Disebabkan karena perubahan politik.
"Casparina mengajak kita untuk merefleksikan cara memperlakukan orang-orang dan banyak hal yang kita cintai," ungkap Felix.
BACA JUGA:Angkat Cerita Tentang Kesehatan Mental, Teater Crystal Gelar Pentas Studi 2023 Bertema Kita Manusia
Rangkaian monolog tersebut merupakan hasil kerja sama Titimangsa dan KawanKawan Media bersama Kemendikbudristek RI melalui Direktorat Perfilman, Musik dan Media, serta Indonesiana TV.
Untuk pementasan secara offline seri ketiga telah dilakukan sejak Desember 2023 di Teater Salihara, Jakarta. Produser monolog tersebut adalah Happy Salma, Yulia Evina Bhara, dan Pradetya Novitri. "Untuk offline seri 3 sudah semua. Untuk online akan ditayangkan mulai awal Juli," ungkap Happy.
Dia menyebut bahwa setiap seri Di Tepi Sejarah sangat berimbang. "Pasti ada tokoh lelaki dan perempuan. Untuk seri ketiga ini tokoh perempuan yang ditampilkan ada 3 orang. Sedangkan tokoh pria ada 2 orang," terangnya.
Titimangsa Di Tepi Sejarah: Antologi Naskah dan Seri Monolog Seri Ketiga (3): Referensi Pelajar. Suasana sebelum acara perilisan antologi naskah dan tayangan monolog Di Tepi Sejarah seri 3 di FX Sudirman, Jakarta.-Jose Riandi-HARIAN DISWAY
Tokoh perempuan yang dipentaskan adalah RA Soekirah, istri Oto Iskandar Di Nata dalam lakon Suamiku Oto dan Bel Pintu yang diperankan Maudy Koesnaedi, Fransisca Casparina, dan Ruhana dalam lakon Seroean Kemadjoean yang diperankan Widi Mulia.
Sedangkan tokoh laki-laki adalah Tan Tjeng Bok yang diperankan Bagus Ade Saputra, sert Tirto Adhi Suryo dalam lakon Tirto: Tiga Pengasingan yang diperankan Ari Sumitro.
Banyak tokoh inspiratif yang mewarnai sejarah bangsa tapi sosoknya kurang dikenal. Bisa jadi karena keterbatasan literasi atau kurangnya minat generasi muda dalam belajar sejarah.
BACA JUGA:Protes Teater Api Indonesia lewat Lakon Dinasti Bulldog; Meruntuhkan yang Bar-Bar
Namun, dengan adanya monolog Di Tepi Sejarah, diharapkan anak-anak muda mau menggali lebih dalam tentang sosok-sosok yang dipentaskan.
Untuk mendukung literasi sejarah, maka semua naskah monolog dari seri 1-3 Di Tepi Sejarah dibukukan. Buku berjudul Antologi Naskah Monolog Di Tepi Sejarah tersebut akan dibagi-bagikan ke banyak sekolah di seluruh Indonesia.
Titimangsa Di Tepi Sejarah: Antologi Naskah dan Seri Monolog Seri Ketiga (3): Referensi Pelajar. Buku antologi naskah monolog Di Tepian Sejarah. Buku yang memuat 14 tokoh di tepian sejarah sejak seri 1 sampai 3.-Jose Riandi-HARIAN DISWAY
"Naskah-naskah monolog itu bisa menjadi referensi bagi para pelajar untuk mempelajari tokoh-tokoh pahlawan Indonesia. Kami bagikan secara gratis. Selain melihat tayangannya, mereka bisa membaca naskahnya," ungkap Happy.