LAPORAN Indonesia Economic Prospects (IEP) yang dirilis Bank Dunia pada edisi Juni 2024 mengungkap perkiraan tren pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada di kisaran rata-rata 5,1 persen pada tahun ini hingga 2026, dengan risiko pelemahan seiring dengan lesunya kinerja perdagangan dan normalisasi permintaan di dalam negeri.
Sektor belanja swasta akan terus mendorong pertumbuhan, tetapi diprediksi akan menghadapi perlambatan karena daya beli rumah tangga dipengaruhi tekanan inflasi yang disebabkan biaya (cost push inflation).
Sementara itu, angka ekspor dan impor diproyeksikan akan tumbuh lebih lambat karena efek turbulensi tinggi yang dipicu ketidakpastian permintaan global.
BACA JUGA: RUU Pengawasan Obat dan Makanan: Kesehatan Rakyat Menunggu Keputusan Cepat
Kendati angka inflasi diperkirakan masih tetap berada dalam kisaran ekspektasi BI, Bank Dunia tetap berpendirian bahwa inflasi masih menghadapi tekanan yang meningkat dari harga pangan dan energi global yang kian mahal.
Inflasi umum diperkirakan akan tetap relatif stabil, dengan rata-rata sebesar 3 persen pada 2024 dan sekitar 2,9 persen setelahnya pada tahun 2025-2026. Angka itu masih berada dalam kisaran target inflasi BI sebesar 2,5 +/- 1 persen.
Tekanan harga energi dan pangan global diprediksi akan memberikan tekanan pada inflasi. Hal itu terjadi setelah berbagai konflik bersenjata Rusia-Ukraina, Israel-Palestina, dan eskalasi ketegangan Tiongkok versus Taiwan yang belum melandai serta guncangan iklim yang mengganggu rantai pasokan global.
BACA JUGA: Taman Hiburan Rakyat (THR) Menanti Revitalisasi
Pun, babak baru pengurangan volume produksi OPEC yang memicu naiknya harga minyak dunia.
Seakan mengamini hasil laporan Bank Dunia, Lembaga Riset Independen Reforminer Institute memperkirakan harga BBM, khususnya jenis BBM nonsubsidi yang dijual di SPBU pada bulan Juli 2024 dan bulan-bulan mendatang, berpotensi kuat mengalami kenaikan selain disebabkan naiknya harga minyak dunia, juga diperparah oleh pelemahan nilai rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Kenaikan itu untuk mengimbangi tekanan disparitas harga impor minyak mentah yang terkatrol naik.
BACA JUGA: Warung Madura, Simbol Kemandirian Ekonomi Kerakyatan (2): Jadi Jembatan Kesejahteraan Keluarga
PERLUNYA STIMULUS EKONOMI
Situasi perekonomian global yang ketidakpastiannya masih tinggi menjadi faktor penentu utama keyakinan konsumen. Mereka menjadikan isu sebagai pertimbangan pengeluaran sampai mengelola simpanan keuangan.