Mewaspadai Kantong Rakyat yang Makin Tipis

Senin 15-07-2024,21:54 WIB
Oleh: Sukarijanto

Meski demikian, survei konsumen Bank Indonesia pada April 2024 mengindikasikan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi meningkat jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya. 

Hal itu tecermin dari indeks keyakinan konsumen (IKK) April 2024 sebesar 127,7, lebih tinggi daripada 123,8 pada bulan sebelumnya. Meningkatnya keyakinan konsumen pada April 2024 didorong oleh menguatnya indeks kondisi ekonomi saat ini (IKE) dan indeks ekspektasi konsumen (IEK). 

BACA JUGA: Warung Madura, Simbol Kemandirian Ekonomi Kerakyatan (3): Gaji Bergantung Omzet, Warung Pun Jadi Mess

BACA JUGA: Warung Madura, Simbol Kemandirian Ekonomi Kerakyatan (4): Rela Melekan untuk Saingi Ritel Modern

IKE tercatat meningkat pada seluruh komponen pembentuknya, terutama pada indeks penghasilan saat ini. IEK juga menguat pada seluruh komponen pembentuknya, terutama pada indeks ekspektasi kegiatan usaha. 

Jika melihat postur pembentuk pertumbuhan tahunan produk domestik bruto (PDB), terlihat pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor pengeluaran konsumsi rumah tangga (PK-RT), yakni 4,82 persen. 

Kontribusinya mencapai 53,18 persen terhadap pertumbuhan PDB nasional. PDB Indonesia tumbuh 5,05 persen secara kumulatif (cumulative-to-cumulative/ctc) sepanjang 2023 (Biro Pusat Statistik, 2023). Pengeluaran konsumsi rumah tangga terus tumbuh seiring dengan terkendalinya inflasi dan daya beli masyarakat yang tetap terjaga.

BACA JUGA: Warung Madura, Simbol Kemandirian Ekonomi Kerakyatan (5-habis): Ambil Untung Tipis, Tapi Selalu Standby

Pertumbuhan tertinggi kedua ditempati pembentukan modal tetap bruto (PMTB) sebesar 4,40 persen (ctc) dengan kontribusi 29,33 persen. Gabungan kedua komponen, PKRT dan PMTB, memberikan kontribusi terhadap PDB sebesar 82,51 persen. 

Berikutnya, pengeluaran konsumsi ekspor tumbuh 1,32 persen (ctc), dengan kontribusi sebesar 21,75 persen terhadap PDB Indonesia. Diikuti oleh pertumbuhan konsumsi pemerintah 2,95 persen (ctc), yang berkontribusi 7,45 persen. 

Kemudian, pengeluaran dari komponen konsumsi lembaga nonprofit rumah tangga (LNRPT) tumbuh 9,83 persen (ctc), kontribusinya hanya 1,25 persen secara nasional. Hal itu terjadi karena adanya peningkatan aktivitas persiapan pemilu tahun lalu, baik yang dilakukan peserta maupun penyelenggara seperti sosialisasi, rakernas, rakerda, rapimnas, dan konsolidasi nasional partai peserta kontestasi pemilu. 

Sementara itu, dari sektor impor justru mengalami kontraksi 1,65 persen (ctc). Kontribusinya juga minus 19,57 persen sepanjang tahun 2023.

Data lain dari survei konsumsi BI per Juni 2023, berdasar kelompok pengeluaran, rata-rata porsi konsumsi terhadap pendapatan terpantau meningkat pada sebagian kategori pengeluaran, tertinggi pada responden dengan tingkat pengeluaran di atas Rp 5 juta. 

Sementara itu, porsi tabungan terhadap pendapatan terindikasi menurun, terdalam pada responden dengan tingkat pengeluaran di atas Rp 5 juta per bulan. Diketahui, pada Juni 2023 rasio konsumsi per kelompok pengeluaran di lima kelompok pendapatan terlihat stagnan jika dibandingkan dengan nilai bulan sebelumnya atau Mei 2023.

Pada pengeluaran kelompok pertama, yang berpendapatan Rp 1–2 juta, misalnya sebesar 76,1 persen pada Juni, turun dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang sebesar 76,9 persen. Sementara rasio tabungan pada kelas pendapatan itu mulai terlihat turun tipis pada Juni 2023 dibandingkan dengan Mei 2023, yakni 15,4 persen dibandingkan 15,5 persen. 

Pada kelompok kedua, yang berpenghasilan Rp 2,1–3 juta yang tercatat memiliki rasio pengeluaran 76,4 persen pada Juni 2023 dan cenderung stagnan dibandingkan dengan Mei 2023 yang sebesar 76,5 persen. Di sisi lain, rasio tabungan pada kelompok pendapatan itu terlihat menurun dari 15,6 persen pada Mei 2023 menjadi 14,6 persen pada Juni 2023. 

Kategori :