SURABAYA, HARIAN DISWAY - Bertanding sampai di tingkat nasional menjadi suatu kebanggaan bagi seorang mahasiswa. Sebab, mereka tidak hanya mewakili kampus tempat mereka menuntut ilmu, tetapi, mewakili provinsi.
Apalagi dalam pertandingan bergengsi sekelas Kompetisi Debat Mahasiswa Indonesia (KDMI). Kebanggaan bisa berlaga di kompetisi sekelas KDMI ini pun dialami oleh M Maulana Ardhan.
Mahasiswa Ilmu Gizi dari Universitas Alma Ata Yogyakarta itu tak bisa lupa momen ia terpilih menjadi peserta dalam KDMI 2024. Apalagi, itu pengalaman pertamanya.
“Awalnya saya gugup sekali di sesi pertama tadi. Tapi, hal itu saya perbaiki di sesi kedua dan ketiga. Karena, saya sadari, rasa gugup itu malah yang nantinya berpengaruh pada nilai tim kami,” katanya saat ditemui Harian Disway, Rabu 17 Juli 2024.
BACA JUGA: 108 Kampus Ikut Kompetisi Debat Mahasiswa Indonesia di Universitas Ciputra
BACA JUGA:Peserta KDMI Bakal Lalui Tujuh Babak untuk Perebutkan 32 Besar
Ia satu kelompok dengan teman sekelasnya di kampus: Danu Amar. Sama-sama semester 6.
Baginya, pertandingan tingkat nasional atmosfernya lebih menekan ketimbang seleksi di provinsinya. “Kalau di tingkat provinsi kan kita debatnya via online. Kalau sekarang, harus tatap muka,” ucapnya.
Di sesi kedua dan ketiga, ia pun berusaha menjaga rasa gugupnya. Berusaha tenang. Sehingga, bisa mengatur kata-kata dan gagasan lebih baik lagi.
“Di menit awal bahkan saya sempat blank. Tetapi, perlahan saya sudah bisa atasi. Ini pengalaman pertama yang tidak bisa saya lupakan,” katanya lagi.
Menurutnya, lawan-lawan yang ia dan tim hadapi sangatlah berat. Tetapi, ia optimistis dapat meraih nilai maksimal di hari pertama debat itu.
Hari ini, memasuki hari kedua, ia dan tim akan lebih maksimal. Sehingga, bisa mendapatkan nilai terbaik. “Kami optimistis besok (hari ini, Red) bisa lebih baik dari hari ini (kemarin,Red),” katanya.
BACA JUGA: Tim Dosen Universitas Ciputra Rilis Buku Penguatan Identitas Kya-Kya di Surabaya
BACA JUGA:Pokemon Run 2024 Akan Digelar di Surabaya, Berlokasi di Areal Universitas Ciputra
Hal serupa juga dikatakan oleh Shasqia Annastasya Susilo, mahasiswa Universitas Mercubaktijaya Padang. Ia juga merasakan apa yang dirasakan Maulana.