HARIAN DISWAY - Pemimpin tertinggi Hamas Ismail Haniyeh tewas dibunuh zionis Israel di kediamannya, Teheran, Iran. Hal itu dilaporkan oleh Hamas pada Rabu, 31 Juli 2024.
Tentu, kepulangan Haniyeh meninggalkan duka bagi para pejuang Hamas. Sebab, Haniyeh punya jejak perjuangan panjang bersama Hamas. Masa kecilnya di kamp pengungsi Al Shati.
Sebagaimana umumnya anak-anak pengungsi Palestina, Haniyeh menempuh pendidikan formal di sekolah-sekolah yang dikelola oleh Badan Bantuan PBB untuk Palestina (UNRWA).
BACA JUGA:Pemimpin Tertinggi Hamas Ismail Haniyeh Tewas Dibunuh di Teheran
Ia telah menempuh perjalanan panjang dari masa kecilnya di kamp pengungsi hingga menjadi salah satu pemimpin paling penting di Hamas.
Haniyeh melanjutkan studi di Universitas Islam Gaza. Dari situlah awal perjalanannya terlibat dalam perjuangan Palestina. Ia tergabung dalam politik mahasiswa yang terafiliasi dengan Ikhwanul Muslimin.
Haniyeh juga terlibat dalam pembentukan Hamas pada 1988. Bahkan tercatat sebagai anggota termuda.
Hingga kemudian menjadi seorang tokoh berpengaruh dalam politik Palestina. Terutama setelah memenangkan pemilu parlemen dan menjabat sebagai Perdana Menteri Otoritas Palestina pada 2006-2007.
Haniyeh kemudian memimpin pemerintahan de facto di Jalur Gaza hingga 2014. Pada 2017, Haniyeh terpilih sebagai kepala biro politik Hamas, menggantikan Khaled Meshaal.
Bahkan, Haniyeh juga pernah ditangkap dan dipenjara oleh Israel. Ia dipenjara selama enam bulan karena terlibat dalam intifada I pada 1988. Persis di awal pembentukan Hamas.
Lantas ditangkap dan dipenjara lagi pada 1989. Bahkan juga pernah dideportasi ke Lebanon selatan pada 1992.
BACA JUGA:Konflik Memanas: Iran Tanggapi Ancaman Israel Terhadap Hizbullah
Namun, tak pernah mematahkan semangatnya, Haniyeh terus maju dalam perjuangannya. Haniyeh bersikeras kembali ke Gaza setelah Perjanjian Oslo pada 1993.