HARIAN DISWAY - Puluhan ribu warga Israel turun ke jalan dari Tel Aviv yang ramai hingga Eilat di selatan Israel. Mereka menyerukan kepada Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk segera mengamankan kesepakatan gencatan senjata guna membebaskan para sandera.
Ini menjadi salah satu aksi protes terbesar sejak pecahnya perang Israel melawan Hamas.
Kemarahan publik terhadap Netanyahu memuncak setelah berita ditemukannya enam sandera tewas di Gaza. Beberapa keluarga sandera dan pendukung mereka menuduh Netanyahu menghambat upaya kesepakatan.
Serikat pekerja terbesar di Israel menyerukan mogok massal sejak Senin, 2 September 2024. Mereka mengancam akan menutup “seluruh perekonomian Israel.”
Hingga Senin pagi, dampak pemogokan belum jelas, namun pendukungnya berjanji untuk melakukan aksi skala nasional.
BACA JUGA:Netanyahu dalam Krisis: Protes Warga Israel Memuncak Setelah Sandera Tewas di Gaza
BACA JUGA:Fitch Turunkan Peringkat Kredit Israel Akibat Perang Tak Berkesudahan
Dilansir dari CNN, tiga dari enam sandera yang ditemukan tewas, termasuk warga negara Israel-Amerika Hersh Goldberg-Polin. Mereka awalnya akan dibebaskan jika terjadi kesepakatan gencatan senjata.
Otopsi menunjukkan mereka ditembak dari jarak dekat, Kamis atau Jumat pagi. Pasukan Israel menemukan jenazah mereka di terowongan bawah tanah di Rafah pada Sabtu.
Kabar kematian ini memicu kemarahan yang meluas di seluruh Israel. Para pengunjuk rasa memblokir jalan raya, melambaikan bendera Israel, dan meneriakkan: "Kami tidak akan meninggalkan mereka".
Hal ini merujuk pada lebih dari 100 sandera yang masih ditawan, termasuk 35 orang yang diyakini telah tewas, menurut data Kantor Perdana Menteri Israel.
Sebagian besar sandera tersebut ditawan selama serangan Hamas pada 7 Oktober. Serangan tersebut menewaskan sekitar 1.200 orang dan lebih dari 200 orang ditawan.
Di Tel Aviv, pengunjuk rasa berdiri di belakang kuburan palsu sambil memegang spanduk bertuliskan “dinamai Benjamin Netanyahu.” Pengunjuk rasa menyalahkan perdana menteri atas kematian para sandera.
Pada malam harinya, menurut video yang diverifikasi CNN, polisi melemparkan granat kejut ke arah pengunjuk rasa yang memblokir jalan raya Ayalon, dan menggunakan meriam air untuk membubarkan kerumunan.
BACA JUGA:Antisipasi Perang, AS Akan Siapkan Bantuan Militer Senilai Lebih dari Rp 50 Triliun Untuk Israel