Dalam rapat kabinet pada hari Minggu, Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant mengecam keras pemerintah Israel. Pemerintahan tersebut lebih mengutamakan kontrol atas wilayah perbatasan daripada kesepakatan pembebasan sandera, menyebutnya sebagai “aib moral.”
Ribuan warga Israel, termasuk keluarga sandera, menghadiri unjuk rasa di luar 'The Hostages Square' dekat Museum Seni Tel-Aviv di Tel Aviv, Israel, pada 31 Agustus 2024. ,-Nur Photo-getty images
Gallant, yang semakin merasa terisolasi dalam kabinet Netanyahu terkait masalah kesepakatan penyanderaan. "Jika kita terus berada di jalur ini, kita tidak akan mampu mencapai tujuan yang kita tetapkan sendiri," kata Gallant.
“Jika kami ingin para sandera hidup-hidup, kami tidak punya waktu,” tambahnya.
Seorang pejabat senior AS menyatakan bahwa pembunuhan para sandera menimbulkan pertanyaan tentang keseriusan Hamas dalam mencapai kesepakatan. Hal ini mengingat tiga dari mereka seharusnya dibebaskan sebagai bagian dari perjanjian gencatan senjata.
"Pejabat AS telah menyusun paket akhir bersama Qatar dan Mesir. Paket tersebut mencakup Hersh (Goldberg-Polin) dan sejumlah sandera yang baru saja dieksekusi," kata pejabat senior AS tersebut.
“Hal ini menimbulkan pertanyaan mengenai keseriusan Hamas mengenai kesepakatan tersebut, bahkan ketika tekanan juga meningkat pada Israel dan Netanyahu secara pribad,” lanjutnya.
Di sisi lain, Menteri Keuangan Israel Bezalel Smotrich meminta jaksa agung untuk mencegah pemogokan nasional yang direncanakan pada hari Senin, dengan alasan bahwa pemogokan akan merugikan perekonomian selama masa perang.
BACA JUGA:Pasca Pembunuhan Ismail Haniyeh, Iran dan Sekutu Regional Bersiap Serang Israel
BACA JUGA:Israel Kecam Keputusan Mahkamah Internasional: Orang Yahudi Berhak di Tanah Mereka Sendiri!
Arnon Bar-David, yang menyerukan pemogokan, mengatakan dalam konferensi pers bahwa hanya pemogokan yang akan mengejutkan.
"Dan itulah sebabnya saya memutuskan bahwa mulai besok pukul enam pagi, seluruh perekonomian Israel akan ditutup," ujar Arnon.
Ia menambahkan bahwa pemogokan tersebut akan mencakup penutupan Bandara Ben-Gurion.
Seruan untuk pemogokan ini didukung oleh Universitas Ibrani Yerusalem. Mereka akan bergabung dalam aksi tersebut sebagai respons terhadap pembunuhan mahasiswa mereka, Carmel Gat, oleh Hamas.
Aksi protes ini menunjukkan ketidakpuasan yang mendalam terhadap pemerintahan Netanyahu dan ketidakpastian mengenai masa depan politik Israel di tengah perang yang masih berlanjut.