Wajah Kebinekaan di kala Bapak Suci Tiba (6): Berjumpa Maria Bunda Segala Suku

Selasa 10-09-2024,12:21 WIB
Reporter : Agustinus Fransisco
Editor : Noor Arief Prasetyo

Namun, di antara semua koleksi berharga yang ada, yang paling menyentuh adalah Patung Maria Bunda Segala Suku. Patung itu bukan hanya sebuah karya seni, melainkan simbol persatuan di tengah keberagaman yang luar biasa di Indonesia. 

Detail pada patung ini sangat mengagumkan, membuat saya sejenak terhenti untuk benar-benar memperhatikan setiap elemen yang ada. 

Bunda Maria digambarkan mengenakan kebaya putih, berselendang biru, dan berkerudung merah-putih. Tingginya sekitar dua meter.  

BACA JUGA:Paus Fransiskus Tiba, Indonesia Tampakkan Kebinekaan

BACA JUGA:Paus Fransiskus Tinggalkan Indonesia ke Papua Nugini Naik Pesawat Garuda Indonesia

Di bagian dada Bunda Maria dihiasi dengan lambang Garuda Pancasila. Garuda itu tidak hanya mewakili kekuatan, tapi juga melambangkan semangat persatuan yang tertanam dalam semboyan Bhinneka Tunggal Ika.

Bunda Maria mengenakan mahkota emas dengan motif pulau-pulau Indonesia. Tampangnya rupawan. Tangan Bunda Maria terbuka seperti menyimbolkan belas kasih untuk anak-anak-Nya. 

Yang membuat patung ini begitu istimewa adalah detail-detail kecil yang menyatukan berbagai budaya di Indonesia. Di bagian bawah patung, motif tenun Papua, Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi dengan cermat dipadukan dalam satu harmoni visual yang menonjolkan keberagaman suku dan budaya Nusantara.

“Menurut saya itu menjadi patung Bunda Maria khas Indonesia. Kita kan biasa tahunya Bunda Maria dari luar negeri. Ini juga melambangkan Bhineka Tunggal Ika,” ujar Wawan Setiawan, pengunjung Museum Katedral Jakarta. 

“Ini cocok dengan tema kunjungan Paus Fransiskus yang temanya juga keberagaman. Kemarin waktu misa kan juga memperlihatkan banyak budaya yang di Indonesia,” sambung pria asli Solo itu.

Aksen emas di patung ini menambah kesan kemurnian dan keagungan, mengingatkan umat Katolik akan kebesaran Bunda Maria. Patung itu merupakan bentuk tiga dimensi dari lukisan karya Robertus Gunawan, yang memenangkan lomba seni bertema: Maria, Bunda Segala Suku pada 2017.

Patung Bunda Maria Segala Suku diresmikan pada 2018 oleh Uskup Ignatius Kardinal Suharyo dan kini menjadi salah satu daya tarik utama di Museum Katedral Jakarta. Letaknya di ujung bangunan lantai dua Museum Katedral. 

Patung serupa itu juga menjadi bagian dari misa yang dipimpin Paus Fransiskus, Kamis, 5 September 2024. Patung Maria Bunda Segala Suku ditakhtakan di panti imam, tempat Paus memimpin peribadatan. Patung tersebut terletak di sebelah kiri Paus. Tangan Sang Bunda yang terentang seperti menyambut anak-anaknya yang tengah berhimpun menghadap pemimpin rohaninya.

Saat melangkah keluar dari museum, saya merasa begitu tenang dan tercerahkan. Kunjungan itu bukan hanya menambah pengetahuan tentang sejarah Gereja Katedral. Tetapi juga memperdalam pengertian saya akan pentingnya persatuan dalam keberagaman. 

Patung Maria Bunda Segala Suku, dengan segala detailnya, adalah pengingat yang kuat bahwa meskipun berbeda-beda, kita tetap satu dalam iman dan semangat kemanusiaan.

Langit Jakarta sore itu terlihat cerah ketika berjalan keluar dari halaman Katedral, meninggalkan jejak langkah yang baru saja ditempa oleh sejarah panjang yang terabadikan di dalam Museum Katedral Jakarta. (*)

Kategori :