HARIAN DISWAY - Universitas Katolik Widya Mandala (UKWMS) dan PERBANUSA (Perkumpulan Pengelola Sampah dan Bank Sampah Nusantara) bekerja sama dengan Kampoeng Oase Ondomohen mengadakan penguatan mesin ekstruder untuk pembuatan bio briket.
Kegiatan itu bertajuk “Sistem Extruder untuk Proses Pencampuran dan Pengadukan Bahan Arang bio Briket untuk Mempercepat Waktu Proses Produksi serta Strategi Pemasarannya.” Dilaksanakan pada Jumat, 13 September 2024 di Desa Ondomohen.
Bio briket merupakan bahan bakar briket yang dibuat dari arang biomassa tumbuhan. Baik berupa sampah yang baru maupun sisa atau limbah proses produksi atau pengolahan.
Kegiatan itu dibuka oleh Dra. Ir. Adriana Anteng Anggorowati, M.Si , IPU. Selaku Ketua P3M Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya. Dihadiri beberapa warga kampung yang begitu antusias untuk mencoba mesin baru. Sebelumnya, sudah pernah diadakan penyuluhan pembuatan briket. Namun, ukurannya terlalu besar.
BACA JUGA:DKPP Kota Surabaya Gelar Pelatihan Budidaya Kepiting Bakau di Kampung Oase Ondomohen
BACA JUGA:Lokakarya Bertajuk Women in STEM di UKWMS Membangun Kepercayaan Diri Perempuan di Bidang STEM
UKWMS dan PERBANAS membantu menyediakan 2 mesin yang lebih kecil dan lebih cocok untuk lahan yang tersedia. Pun, lebih minim polusi suara. Itu karena kedua mesin tidak memakai diesel melainkan mesin motor Listrik.
(Dari kiri) Ir. Yuliati, S.Si., MT., IPU., ASEAN Eng. (Ketua tim PKM) dan Ibu Endang Sriwulansari (Ketua RT Kampung Oase Ondomohen) saat mencoba untuk menggunakan mesin pengolahan arang bio briket-Angelita Ariko Pinkan-HARIAN DISWAY
Walaupun kecil, dua mesin tersebut bisa bekerja selama 8 jam per hari dengan kurang dari 30 menit istirahat per 4 jam. Dengan memanfaatkan kedua mesin itu, dalam sebulan kurang lebih bisa menghasilkan 200 kg bio briket.
Pembuatan bio briket tersebut mengggunakan limbah sisa seperti arang bekas bakaran, ranting pohon, dan sampah organik lainnya. Sampah sisa nantinya dibuat menjadi arang sampai berwarna hitam dengan alat khusus minim polusi udara.
Sampah yang menjadi arang tadi dihancurkan dengan mesin grinder untuk menjadikan arang berbentuk tepung. Dilanjutkan memasukkan tepung arang ke dalam mesin extruder untuk dicetak menjadi briket.
BACA JUGA:UKWMS Tuan Rumah Pertemuan APTIK: Bahas Isu Pendidikan, Hingga Generasi Muda
BACA JUGA:Dekatkan Maba dengan Budaya, Fikom UKWMS Gelar PPKMB di Balai Pemuda
Bio Briket yang dihasilkan itu telah diuji laboratorium. Sebelumnya, kalor briket besar yang dihasilkan Kampoeng Ondomohen sudah pernah lolos SNI. Yakni mencapai lebih dari 6000 kalor.
Kini, kalor yang dihasilkan kurang lebih bisa mencapai 8000 kalor. Tidak hanya tingkat panasnya yang tinggi, bio briket itu juga memiliki kestabilan panas yang baik. Bisa digunakan untuk pemanasan makanan jangka panjang seperti catering.