Demikian kata juru bicara pemerintah Zaw Min Tun. Pernyataan tersebut mengutip dari siaran berita di stasiun televisi pemerintah MRTV. “Pemerintah sedang melakukan misi penyelamatan dan rehabilitasi,” jelasnya.
Media pemerintah pada Jumat, 14 September 2024 malam juga melaporkan bahwa lima bendungan, empat pagoda, dan lebih dari 66.000 rumah dan 375 sekolah hancur akibat banjir.
Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA) mengatakan hujan badai terutama berdampak pada Ibu Kota Naypyidaw, serta wilayah Mandalay, Magway, dan Bago, serta negara bagian Shan di bagian timur dan selatan, negara bagian Mon, Kayah, dan Kayin.
BACA JUGA: Jepang Songsong Topan Terkuat, Ribuan Orang Diimbau Mengungsi
“Myanmar tengah saat ini merupakan wilayah yang paling parah terkena dampaknya, dengan banyaknya sungai dan anak sungai yang mengalir dari perbukitan Shan,” kata OCHA seperti yang dilansir dari The Guardian.
Tim penyelamat tengah menjemput anak-anak sekolah dan penduduk di Chiang Rai, Thailand pada 12 September 2024. -Lillian Suwanrumpha-AFP/Getty Images
Bergeser ke Thailand, situasi banjir di provinsi Nong Khai juga terus memburuk karena ketinggian air di Sungai Mekong yang kian meningkat. Langkah-langkah tanggap darurat telah diterapkan.
Termasuk mengevakuasi penduduk dan membangun penghalang pelindung. Hal ini dilakukan setelah pihak berwenang Thailand memperingatkan bahwa ketinggian air Sungai Mekong tersebut dapat terus meningkat dalam beberapa hari ke depan.
Air banjir mengelilingi seluruh lingkungan di kota Chiang Rai, Thailand utara, pada 12 September 2024. -Lillian Suwanrumpha-AFP / Getty Images
Masyarakat disarankan untuk terus memantau perkembangan cuaca dan banjir serta menyiapkan barang-barang yang diperlukan untuk menghadapi keadaan darurat. Upaya pencarian dan penyelamatan masih terus dilakukan.
BACA JUGA: BNPB: El Nino dan La Nina Berdampak pada Musim Bencana di Indonesia
Laporan-laporan mengenai lebih banyak lagi korban tewas dan tanah longsor juga terus bermunculan. Namun, pengumpulan informasi masih sulit dilakukan karena infrastruktur yang rusak serta jaringan telepon dan internet yang terputus. (*)
* Mahasiswa Politeknik Negeri Malang, peserta Magang Reguler di Harian Disway