Bank Indonesia Sapa Akademisi di Labuan Bajo, 25–27 September 2024 (2-Habis): Jangan Sampai Peluang Ekonomi Menjadi Bumerang

Jumat 27-09-2024,17:12 WIB
Oleh: Bagong Suyanto*

DISKUSI sesi kedua yang digelar Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) dalam acara ”Sapa Akademisi” di Hotel Ayana, Labuan Bajo, NTT, mengundang tiga narasumber. Yakni, Tisna Irawan, deputi direktur kebijakan ekonomi dan moneter; Mestika Widiantri dari Departemen Kebijakan Makroprudensial BI, dan Novi Maryaningsih dari Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran BI. 

Focus group discussion (FGD) sesi kedua ini membahas kondisi perekonomian global dan nasional terkini. Seperti diketahui, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo belum lama ini telah memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan dari 6,25 persen menjadi 6 persen. 

Harapannya, dengan diberlakukan kebijakan penurunan suku bunga acuan itu, ruang bagi perkembangan ekonomi dapat kembali tumbuh. Selain menurunkan suku bunga acuan, BI di saat yang sama menurunkan suku bunga deposit facility sebesar 25 bps menjadi 5,25 persen dan lending facility 25 bps jadi 6,75 persen. 

BACA JUGA: Bank Indonesia Sapa Akademisi di Labuan Bajo, 25–27 September 2024 (1): Literasi Keuangan di Balik Sistem Pembayaran Indonesia

Keputusan BI menurunkan suku bunga acuan sudah barang tentu bukan tanpa alasan. Pertimbangan BI adalah inflasi saat ini dinilai relatif terkendali, nilai tukar rupiah membaik, dan kondisi perekonomian global juga ditimbang bergerak membaik. Dengan demikian, bisa dipahami jika BI akhirnya memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuannya. 

Keputusan BI itu diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi ke arah yang lebih baik. Menurut BI, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2024 diprediksi berkisar 4,7 persen sampai 5,5 persen dengan titik tengah moderat sebesar 5,1 persen. 

BACA JUGA: Gerakan Bersedekah Universitas Airlangga

KONDISI EKONOMI

Para narasumber menguraikan kondisi perekonomian terkini dan bagaimana respons kebijakan Bank Indonesia dalam menyikapi dinamika perekonomian global maupun nasional. Dalam beberapa bulan terakhir harus diakui bahwa kondisi perekonomian global cenderung membaik. Inflasi di AS dan di Euro-Asia cenderung stabil di angka 2 persen. 

Ketidakpastian pasar keuangan global, ada indikasi mereda. The Fed pun akhirnya memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuannya. The Fed, seperti diberitakan, telah memutuskan untuk memangkas suku bunga 50 bps di kisaran 4,75–5,00 persen pada September 2024. 

Melihat hal tersebut, bisa dipahami jika Bank Indonesia makin yakin bahwa The Fed akan terus memangkas suku bunga lebih cepat dan lebih besar hingga akhir 2024. Diperkirakan penurunan FFR bisa sampai 100 bps sampai akhir 2024

BACA JUGA: Rapat Senat Akademik Universitas Airlangga di Bali: Membangun Kualitas, Ranking Hanya Implikasi

Menurut estimasi, penurunan FFR yang dilakukan The Fed akan terus berlanjut, yakni tiga kali sepanjang tahun 2024. Diperkirakan di bulan September, Oktober, dan Desember, The Fed kembali menurunkan suku bunga acuannya. 

Bahkan, tahun 2025 nanti, The Fed diprediksi empat kali menurunkan suku bunga acuan, terutama untuk menyikapi angka pengangguran yang terus meningkat dan kelesuan kondisi perekonomian global. 

Tidak mungkin AS tetap mempertahankan suku bunga acuan di angka yang tinggi. Sebab, tidak mungkin ekonomi tumbuh dan lapangan kerja dapat tercipta jika suku bunga acuan dipertahankan tetap tinggi. 

Kategori :