Cara Warga Liponsos Keputih Rayakan Hari Batik Nasional: Bukti Bisa Dilatih dan Berkomunikasi

Kamis 03-10-2024,09:12 WIB
Reporter : Novia Herawati
Editor : Mohamad Nur Khotib

Menurut Edo, penghuni Liponsos itu cukup terampil membuat batik dengan teknik ciprat dan cap.

Batik ciprat bisa dikatakan teknik yang mudah. Motifnya terbentuk dari cipratan-cipratan kuas. Oleh karena itu, motif yang dihasilkan cenderung abstrak dan unik.

“Kalau cap ini mengikuti motif baku. Motifnya khas lokal, seperti motif gerobak, semanggi, bunga kawung, macam-macam,” imbuhnya.

Keseruan membuat batik tradisional juga diungkapkan oleh salah satu penghuni Liponsos. Dia adalah Rima Permatasari, warga Semolowaru.

BACA JUGA:KPU Surabaya Pertimbangkan Adanya Kursi Kotak Kosong di Debat Pilkada 2024

BACA JUGA:Temui KPU Kota Surabaya, MAKI Jatim Dukung Kotak Kosong

Sebelum mulai membatik, Rima bercerita bahwa dia dan teman-temannya lebih dulu melakukan senam pagi. 

Rima bersama penghuni lainnya pun mengaku bersemangat dan tidak sabar. Dia bahkan berdandan. Cantik sekali.

“Senang bisa berkumpul sama teman-teman. Seru banget,” ujar perempuan berambut pendek dengan tinggi 150 centimeter tersebut. 

BACA JUGA:Trans Jatim Cakraningrat Layani Rute Surabaya-Bangkalan Mulai Beroperasi, Ini Ongkos dan Rutenya!

BACA JUGA:40 Hari Pasca Dilantik, AKD DPRD Kota Surabaya Tak Kunjung Selesai

Saat ditanya kenapa memilih ikut kegiatan membuat batik, Rima mengaku bahwa dia memang gemar menggambar.


Hasil lukisan batik menggunakan teknik cap saat kegiatan membatik bersama di Liponsos Keputih, Surabaya, Rabu, 2 Oktober 2024.-Martinus Ikrar Raditya-Harian Disway -

Mencoret-coret kain dengan lilin membuat pikiran Rima tenang. Seketika lupa dengan keruwetan yang ada di kepala.

“Nggak kepikiran apa-apa. Seru saja buat batik sama teman-teman. Kalau capek ya duduk istirahat, terus lanjut mewarnai batik lagi,” seru Rima. (*)

Kategori :