“Intinya yang terlibat ini yang kondisinya sudah bagus, bisa diarahkan, dilatih, dan diajak komunikasi,” ujar Imam kepada Harian Disway, Rabu, 2 Oktober 2024.
BACA JUGA:Memeriahkan Hari Batik Nasional, Vasa Hotel Bikin Kue Batik
BACA JUGA:Hari Batik, Dian Sastro Sangat Menarik
Menurut Imam, memberdayakan penghuni Liponsos dengan kegiatan-kegiatan positif seperti membatik bisa menjadi semacam terapi.
“Mengurangi kejenuhan mereka. Membatik bisa melatih fokus dan emosi sehingga pikiran menjadi jernih,” tambahnya.
Imam mengatakan pihaknya telah bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan Yayasan Kinasih, untuk memasarkan kain batik karya penghuni Liponsos.
Misalnya dengan mengikuti pameran-pameran. Dengan begitu, bukan hanya sebagai terapi, membatik juga memberi manfaat ekonomis untuk para penghuni Liponsos.
BACA JUGA:Keceriaan Anak-Anak Disabilitas Liponsos Kalijudan
“Ya, kami sistemnya bagi hasil. Jadi batik yang kami jual, hasilnya akan kembali ke mereka (penghuni Liponsos, Red),” ujar Imam.
Melalui karya batik, Imam berharap penghuni di Liponsos tidak lagi dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Baginya, mereka adalah spesial.
“Buktinya, hasil karya mereka bisa bersaing. Saya berharap mereka bisa terus berkarya dengan baik dan tidak harus dikucilkan,” tandas Imam.
Sementara itu, mentor pembuatan batik dari Rumah Kinasih, Edo Pradana, membagikan pengalaman dan keseruannya selama mengajari penghuni Liponsos.
BACA JUGA:Pembentukan Pimpinan dan AKD DPRD Kota Surabaya Lamban, Tinggal Tunggu PDIP
BACA JUGA:Eri Cahyadi Tanggapi Isu Rakyat Versus Partai Politik di Pilwali Kota Surabaya
“Tidak sesulit itu, kok. Asyik-asyik saja karena mereka nurut. Paling tantangannya ya waktu mewarnai, sering melebihi motif atau melebar,” ungkapnya.