Misteri Kematian Pasutri di Green Lake Cipondoh, Tangerang

Sabtu 05-10-2024,21:05 WIB
Oleh: Djono W. Oesman

Masyarakat cuma bisa membayangkan, berdasar autopsi jenazah tergambar bahwa BK dalam kondisi sangat marah kepada RB. Padahal, BK dan RB sudah menjalin pernikahan lebih dari empat dekade. 

Selama itu pihak keluarga menyatakan, pernikahan mereka harmonis dan rukun. Ribuan karyawan perusahaan milik BK juga menyatakan, BK dan RB pasangan suami istri ideal. Mereka rukun dan kaya harta. Tak kekurangan finansial. Suatu kondisi yang diidamkan semua orang.

Terus, mengapa BK bisa begitu emosional? Tikaman 42 kali tidak hanya untuk membunuh. Tapi, sudah lebih dari itu. Menggambarkan kemarahan luar biasa meledak.

BK bunuh diri dengan delapan tikaman ke perut dan dada. Sungguh, tahan sakit ia. Juga, kuat fisiknya. Pada dua-tiga kali tikaman saja, umumnya orang sudah lunglai. Jumlah tikaman itu menunjukkan bahwa ia sangat emosional.

Tapi, ledakan emosi BK terhadap RB seharusnya sudah reda. Jeda waktu kematian di antara mereka sekitar sehari. RB lebih dulu meninggal. Hasil autopsi dokter forensik menyatakan, jeda waktu itu 24 sampai 48 jam. Mungkinkah dengan jeda waktu segitu emosi BK masih membara? Apalagi, usianya segitu.

Orang bebas menyimpulkan. Apakah kegigihan perjuangan BK menjadi pengusaha sukses berkontribusi pada besarnya ledakan emosinya di kasus itu? Apakah keuletannya jatuh-bangun menjalankan bisnis punya hubungan kausalitas dengan kekuatannya menikam diri sendiri delapan kali?

Pastinya kejadian itu tragedi. Memilukan. Sebagian dari kejadian masih misterius. Dan, misteri itu boleh dibiarkan menjadi rahasia BK-RB selamanya. Sebab, perkara hukum sudah gugur. Kematian mereka tentu menyesakkan dada para pembaca buku biografinya. Sebab, dari biografi itu, BK adalah panutan. (*)

 

Kategori :