Bahasa sebagai Pembentuk Peradaban (2): Alat Interaksi dan Komunikasi

Minggu 06-10-2024,08:00 WIB
Oleh: Purnawan Basundoro*

BAHASA sangat memengaruhi pembentukan kehalusan bangsa melalui karya-karya nonfisik. Contohnya, karya sastra. Karya sastra dalam teori kontemporer dikaitkan dengan ciri-ciri imajinasi dan kreativitas yang selanjutnya merupakan satu-satunya ciri khas kekusastraan. 

Karya sastra oleh para ahli kebudayaan dikelompokkan sebagai hasil kebudayaan tingkat tinggi yang halus sehingga dikategorikan sebagai hasil peradaban. Satu-satunya alat untuk menghasilkan karya sastra adalah bahasa. 

Menurut Teeuw, sastra memiliki akar makna yang sangat mendalam untuk mengarahkan orientasi manusia agar bertingkah laku yang baik dan halus. 

Sudah sangat lama bangsa Indonesia memiliki karya-karya sastra yang bermutu tinggi, bahkan sebagian kesadaran masyarakat Jawa zaman dulu sangat dipengaruhi karya sastra. Salah satu karya sastra yang memengaruhi kesadaran masyarakat Jawa adalah kitab Ramayana dan kitab Mahabarata

BACA JUGA: Bahasa sebagai Pembentuk Peradaban (1): Alat Berpikir, Gagasan, dan Bangunan Monumental

BACA JUGA: Festival Hari Bahasa Isyarat Internasional 2024, Populerkan Bahasa Isyarat Demi Tingkatkan Mutu SDM Tuli

Dua kitab sastra tersebut, yang dalam implementasi kesehariannya dimainkan dalam bentuk pertunjukan wayang kulit, telah menjadi bagian keseharian masyarakat Jawa. Bahkan, terdapat pula kitab-kitab turunan yang menautkan kehidupan riil dengan kehidupan imajinatif tersebut. 

Dalam Babad Tanah Jawi, misalnya, disebutkan bahwa geneologi atau silsilah raja-raja Mataram dikaitkan dengan dunia pewayangan yang mengacu pada dua kitab tersebut.

Kitab Ramayana merupakan karya sastra yang asal-usulnya dari India dan sejak lama telah menjadi bagian dari bangsa Indonesia. Dilihat dari bukti-bukti arkeologis dan sastra kuno, Ramayana telah dikenal dan digemari nenek moyang kita sejak abad ke-9. 

BACA JUGA: Selamat Tinggal Jurusan IPA, IPS, Bahasa di SMA

BACA JUGA: Bahasa, Alat Kekuasaan di Era Orde Baru

Sementara itu, di kawasan Asia Tenggara lainnya seperti Myanmar, Thailand, Laos, Kamboja, dan Malaysia, Ramayana sudah dikenal sejak kurun waktu yang lebih tua, yaitu abad pertama Masehi. Kitab Ramayana yang ditulis Valmiki pada sekitar tahun 200 SM memiliki pengaruh yang sangat besar di Indonesia.

Keberadaan kitab Ramayana dan Mahabarata telah menginspirasi lahirnya kitab-kitab lain yang ditulis para sastrawan Indonesia pada periode awal. 

Karya-karya tersebut, antara lain, kitab Arjunawiwaha karya Empu Kanwa dari zaman Airlangga, kitab Bharatayuda yang ditulis Empu Sedah dan Empu Panuluh pada zaman Kerajaan Kediri dipimpin Jaya Baya, serta karya-karya lain seperti Kresnayana, Utarakanda, Adiparwa, Sabhaparwa, Gathutkacasraya, Arjunawijaya, dan Dewaruci

BACA JUGA: Tantangan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional

Kategori :