Bahasa sebagai Pembentuk Peradaban (2): Alat Interaksi dan Komunikasi

Minggu 06-10-2024,08:00 WIB
Oleh: Purnawan Basundoro*

BACA JUGA: Menjaga Bahasa, Menjaga Budaya: Refleksi Peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional

Bahasa telah menjadi kekuatan yang mahabesar untuk mentransformasikan berbagai ide dari luar serta mengembangkan ide menjadi karya-karya monumental. 

Selain adanya pengaruh India, peradaban asli Nusantara mengalami perkembangan yang luar biasa. Di Jawa, karya-karya sastra berbahasa Jawa mengalami perkembangan yang hebat, terutama karya sastra yang lahir di berbagai keraton di Jawa. 

Para pujangga keraton merupakan penggerak lahirnya karya-karya monumental, baik karya sastra maupun babad. Keraton Mataram maupun penerusnya telah melahirkan banyak sekali karya babad yang sebagian tersimpan di Tepas Kapujanggan keraton bersangkutan dan sebagian lagi tersimpan di luar negeri. 

British Library di Inggris merupakan salah satu perpustakaan di luar negeri yang menyimpan banyak babad bekas koleksi keraton Yogyakarta. Babad-babad tersebut diangkut ke Inggris oleh pasukan Raffles yang menyerbu keraton Yogyakarta tahun 1812. 

Salah satu koleksi British Library yang berasal dari keraton Yogyakarta adalah Serat Damarwulan, sebuah karya sastra sejarah yang sangat eksotis karena selain berisi narasi mengeni hubungan Kerajaan Blambangan dengan Kerajaan Majapahit, naskah itu juga bertabur lukisan yang dimaksudkan sebagai ilustrasi cerita. 

Bahasa Jawa sebagai bahasa ibu masyarakat Jawa pada umumnya telah berperan penting membentuk peradaban Jawa.

Babad adalah realitas masa lalu yang dicampur dengan pandangan dan imajinasi si penulis yang kemudian dituangkan dalam bentuk bahasa tertulis. Kekuatan babad untuk menceritakan dan mengungkap masa lalu adalah adanya bahasa. 

Tanpa alat bahasa, masa lalu akan bisu dan terpendam dimakan zaman. Seperti halnya karya sastra, babad juga memiliki potensi yang amat besar untuk memengaruhi arah jalan dan pola pikir manusia. 

Babad Tanah Jawi telah menjadi salah satu orientasi masyarakat Jawa yang hidup di sekitar Keraton Yogyakarta dan Surakarta. Munculnya legenda tentang Nyai Roro Kidul yang dipercaya merupakan penguasa Laut Selatan salah satunya karena adanya narasi yang ditulis di Babad Tanah Jawi

Kepercayaan tersebut sampai saat ini masih memengaruhi kesadaran masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya, yaitu kesadaran dalam bertingkah laku dan kesadaran dalam memperlakukan alam. 

Peran bahasa Jawa dalam membentuk peradaban mengalami kemunduran seiring dengan makin intensnya penggunaan bahasa Melayu dan bahasa Belanda sejak pertengahan abad ke-19. Bahkan, dunia kapujanggan mengalami keruntuhan akibat menyurutnya peran keraton sebagai pendukung utama bahasa Jawa. 

Bahasa Melayu mulai memperlihatkan perannya sejak digunakan sebagai bahasa pergaulan sehari-hari di berbagai tempat, yang diawali sebagai bahasa dalam aktivitas perdagangan. 

Bahasa Melayu dianggap lebih mudah dipakai dan dipahami semua orang. Penyebaran bahasa Melayu kian intens karena didukung pemerintah kolonial Belanda melalui kebijakan mereka yang memperbolehkan bahasa Melayu sebagai bahasa di dunia pendidikan selain bahasa Belanda. 

Menurut James T. Collins, peran bahasa Melayu sebagai alat komunikasi dan bahasa pergaulan sudah berlangsung sangat lama. Konon, teks tertua dalam bahasa Melayu ditemukan di Sumatera, tertulis di atas batu berangka tahun 682. 

Jika angka tahun tersebut benar, dipastikan ketika bahasa Sanskerta dipakai untuk menulis prasasti-prasasti, saat itu bahasa Melayu kuno sudah digunakan masyarakat di Sumatera. Lebih lanjut, Collins mengemukakan bahwa bahasa Melayu kuno mengadaptasi ortografi India berdasar tulisan Pallawa untuk merekam teks mereka.

Kategori :