Sebulan ini pembunuhan Nia Kurnia Sari, 18, penjual gorengan, di Padang Pariaman, Sumbar, digunjing warga. Rekonstruksi di TKP, Selasa, 8 Oktober 2024, menggambarkan jelas tersangka Indra Septiawan, 31, mencekik korban dengan tali rafia merah. Cekikan mengakhiri perlawanan Nia, lalu meninggal.
MENGHADANG, merangkul, memiting, memuntir pitingan, membanting, menelungkupkan, menduduki korban, mengalungkan rafia ke leher korban, membikin simpul silang, menarik sekuatnya. Kreeeek…
Itulah yang dilakukan Indra terhadap Nia. Proses dari menghadang sampai bunyi krek tidak sampai 8 detik. Setelah itu, barulah Nia diperkosa. Akhirnya dikubur sedalam sekitar semeter.
BACA JUGA: Gali Lubang Tutup Lubang Penjual Gorengan
BACA JUGA: Siram Bunga Dini Hari, Loncat Pagar Beli Gorengan
Kapolres Padang Pariaman AKBP Ahmad Faisol Amir kepada wartawan di lokasi rekonstruksi mengatakan, ”Terbunuhnya korban bisa akibat cekikan dengan tali rafia itu. Tapi, ini masih kita dalami.”
Konstruksi peristiwa: Nia bungsu dari dua bersaudara. Dia punya kakak perempuan, Rini Mahyuni, 20. Keluarga mereka tinggal di Kayu Tanam, Padang Pariaman. Nia baru tiga bulan lulus dari Institut Nasional Safi’i (INS) Kayu Tanam (setara SMA). Dia berniat kuliah. Tapi, ortu tak punya biaya. Maka, dia berjualan gorengan keliling kampung, kadang naik motor, kadang jalan kaki.
Nia jual gorengan sudah tiga tahun. Sejak awal masuk INS. Mantan guru bahasa Indonesia INS Yulismar, kepada wartawan, mengatakan, ”Nia itu kalau sekolah selalu bawa gorengan untuk dijual. Kami guru-guru dan siswa lainnya yang beli. Dia gigih, tidak malu-malu jual gorengan di sekolah. Prestasi belajarnya hebat, pernah ranking satu.”
BACA JUGA: Pengadaan Gerobak Gorengan pun Dikorup
BACA JUGA: Prabowo Terharu Dengar Pidato Kelulusan Wisudawati Unhan Atambua: Jual Gorengan Hingga Jaga Toko
Tiap pagi, sebelum jadwal masuk sekolah, Nia keliling kampung dulu, menjajakan gorengan. Baru kemudian dia menuju sekolah. Berarti, dia selalu bangun tidur dini hari untuk memasak jajan gorengan.
Yulismar: ”Sehingga kadang Nia terlambat masuk kelas, mungkin karena masih melayani pembeli. Pernah motornya kehabisan minyak (bensin) waktu keliling sebelum menuju sekolah. Terpaksa dia jalan sambil dorong motor yang memuat baki berisi gorengan. Dia gadis kuat, tapi cantik dan lembut.”
Setamat INS, Juli 2024, dia tetap jual gorengan keliling kampung. Kadang naik motor, kadang jalan kaki, kalau motor dipakai keluarga. Kini waktunya penuh, tanpa dipotong jam sekolah.
Jumat, 6 September 2024, Nia berangkat pagi. Jalan kaki. Membawa baki isi penuh aneka gorengan.
Rini Mahyuni: ”Sampai menjelang sore, Nia belum pulang. Waktu itu hujan lebat. Kami kira dia berteduh. Sampai jelang magrib, ibu saya, El, mulai khawatir dan bertanya ke saya: ’Kenapa adikmu belum pulang?’ Saya jawab, mungkin waktu hujan tadi dia neduh.”