Di sepanjang film, kita menyaksikan Ainun selalu setia mendampingi Habibie dalam perjalanan hidupnya. Meskipun memiliki ambisi yang besar sebagai seorang dokter, Ainun memilih untuk mengorbankan mimpinya demi mendukung karier suaminya.
Namun, pengorbanan itu bukanlah cermin dari ketidakberdayaan perempuan, melainkan sebuah pilihan yang mencerminkan cinta dan komitmen.
Di balik kisah cinta itu, kita juga melihat bahwa posisi perempuan dalam masyarakat pada saat itu sering kali terbatasi oleh norma-norma sosial yang mengharuskan mereka untuk mengutamakan peran sebagai istri dan pendukung suami.
Sementara itu, maskulinitas Habibie ditunjukkan sebagai sosok yang ambisius dan berani, tetapu tidak berarti mengabaikan sisi lembutnya sebagai seorang suami yang selalu menghargai pasangannya.
Dengan demikian, film tersebut tidak hanya menyajikan kisah cinta, tetapi juga menjadi cermin bagi kita untuk merenungkan bagaimana peran maskulinitas dan feminitas dapat saling berkaitan dan seimbang dalam membentuk kehidupan sosial. (*)
*)Gantari Shafa adalah mahasiswa Ilmu Komunikasi di Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya yang sedang menempuh mata kuliah komunikasi gender, dibimbing oleh Dr. Merry Fridha Tri Palupi, M.Si.