AI dan Gen Z: Bencana atau Oasis?

Jumat 08-11-2024,11:33 WIB
Oleh: Manuela Bernarda Serang*

HP yang awalnya dirancang sebagai kebutuhan untuk komunikasi berubah menjadi media flexing (istilah untuk pamer) status sosial seseorang. Melalui kapitalisme, teknologi beralih fungsi menjadi aset properti, keuntungan, dan persaingan. 

Masyarakat kini berlomba-lomba untuk memiliki HP dengan desain terbaru agar tidak dipandang kuno. Dari segi kebutuhan, AI sangat membantu manusia dalam mengakses informasi, memperluas koneksi, dan penghematan waktu. 

Namun, dapat berubah menjadi consumption goods (barang konsumsi) karena adanya industri teknologi yang mencari keuntungan dari daya konsumsi masyarakat terhadap teknologi. 

GENERASI Z DI TENGAH PERKEMBANGAN AI 

Tanpa disadari atau tidak, teknologi mengiringi kehidupan tiap generasi. Bentuknya mengalami perubahan dari waktu ke waktu karena kebutuhan manusia yang kian kompleks. 

Hal itu membentuk gaya hidup masyarakat, terutama generasi muda. Dalam konteks terkini, istilah gen z atau generasi Z kerap kali diucapkan dan didengungkan. 

Gen Z atau generasi Z (zoomers) merupakan generasi muda yang lahir pada 1997–2012. Istilah itu muncul sebagai ungkapan terhadap kehidupan mereka yang tidak dapat dipisahkan dari teknologi.

Koneksi antara gen Z dan teknologi terlihat pada daya konsumsi yang tinggi terhadap internet, gawai, dan berbagai aplikasi. Penemuan-penemuan fitur, aplikasi, dan perangkat membuat pergerakan serta koneksi makin cepat dan luas. 

Dengan gawai dan perangkat teknologi lainnya, tiap individu dapat mengakses informasi, memenuhi kebutuhan sehari-hari, mengatur jadwal aktivitas harian, menjalin pertemanan skala internasional, dan sebagainya. 

Contohnya adalah fitur Google Assistant yang selalu siap 24 jam untuk diberi instruksi layaknya seorang asisten makin memudahkan pemenuhan kebutuhan seseorang (berupa informasi maupun tindakan otomatis). 

Melihat kemudahan dan efisiensi yang ditawarkan AI, kini dunia dapat digenggam dalam tangan tiap individu. Semua batasan seolah melebur sehingga koneksi dan pergerakan kian bebas. 

Mirisnya, kecerdasan buatan mengambil alih waktu dan ruang interaksi sosial gen Z. Hal itu mengakibatkan pelemahan mental dan karakteristik mereka. Terbentuk suatu pemikiran yang beranggapan bahwa semua dapat dikerjakan karena adanya teknologi kecerdasan buatan. 

Pemikiran tersebut sangat berbahaya karena telah memunculkan istilah baru, yakni generasi stroberi. Mereka terampil dan kreatif dalam mengoperasikan teknologi, tetapi jiwanya sangat rentan ketika menghadapi tantangan. 

Merujuk pada relasi antara gen Z dan teknologi, tampaknya teknologi kecerdasan buatan dapat dikatakan sebagai suatu bencana karena berpotensi menggeser kedudukan manusia dan memicu ketidakstabilan identitas. 

Kehadiran kecerdasan buatan dapat memecah kepribadian seseorang menjadi dua pribadi yang berbeda. 

Ada satu teman saya yang mengatakan kepada saya bahwa hanya orang terdekat dan tepercaya yang berhak tahu diri dia yang sebenarnya di akun kedua instagramnya. Alasannya adalah second account menjadi wadah untuk mengekspresikan sisi lain dari dirinya. 

Kategori :