SURABAYA, HARIAN DISWAY – Pasangan calon (paslon) gubernur dan wakil gubernur Jatim nomor urut 1 Luluk Nur Hamidah-Lukmanul Khakim berkomitmen untuk memajukan Pulau Madura, salah satunya dengan membangun Kereta Rel Listrik (KRL) Madura.
Gagasan besar itu didasari keinginan kuat untuk pemerataan pembangunan di Jawa Timur. Sekaligus mempersempit kesenjangan wilayah.
"Membangun infrastruktur hakikatnya adalah membangun kesejahteraan. Karena itu, infrastruktur kita untuk kemanusiaan dan keadilan," ujar Luluk saat memaparkan visinya dalam debat terakhir Pilgub Jatim 2024 di Convention Hall Grand City Surabaya, Senin malam,18 November 2024.
BACA JUGA:Khofifah-Emil Janji Tambah 5 Koridor Trans Jatim
Paslon yang diusung PKB itu menegaskan komitmennya menghadirkan KRL di Madura Raya, pelabuhan dengan fasilitas rumah sakit, ambulans air, hingga tenaga medis yang memadai.
Selain itu, mereka ingin memastikan anak-anak Madura bisa bersekolah dengan aman, para ibu dapat melahirkan dengan fasilitas kesehatan yang layak, dan petani memiliki akses optimal untuk mendistribusikan hasil panennya.
“Infrastruktur bukan hanya tentang fisik, tetapi membangun peradaban dan martabat kemanusiaan,” tegas Luluk.
BACA JUGA:Risma Soroti Krisis Air dan Konektivitas Jalan di Debat Pilgub Jatim Terakhir
Dia pun menyoroti masalah lingkungan seperti pencemaran Sungai Brantas, rusaknya ribuan gedung sekolah, dan pengelolaan sampah yang masih minim di Jawa Timur.
Selain itu, Luluk ingin memastikan para petani tersenyum bahagia. Terutama menjamin irigasinya, sekaligus akses untuk menjual hasil panennya dengan baik.
"Infrastruktur bukan hanya membuat sesuatu yang bersifat fisik, tetapi infrastruktur sesungguhnya membangun peradaban dan martabat kemanusiaan," tegasnya.
BACA JUGA:Hasto Puji Risma di Debat Terakhir Pilgub Jatim 2024: Pemimpin yang Andalkan Hati Rakyat
Dalam kesempatan ini, Luluk juga menyoroti sejumlah infrastruktur yang butuh dibenahi di Jatim.
Misalnya, soal ribuan gedung sekolah dalam kondisi rusak hingga sungai Brantas yang tercemar.
“Kita memiliki kualitas udara di Jawa timur yang semakin memburuk dalam lima tahun terakhir,” katanya.