Masing-masing mereka punya ceruk massa. Di sisi lain, walau masyarakat tidak mengenal calonnya, mereka tetap bisa pilih partainya.
Sementara pilkada dan pilgub, calonnya hanya sedikit. Masyarakat pun sangat mengenal calon tersebut. Mulai dari rekam jejak sampai pada pola kepemimpinan mereka.
Sehingga, masyarakat lebih mudah dalam menentukan pilihannya. Ia pun berkesimpulan bahwa pilkada adalah real politik.
BACA JUGA:Tim Ridwan Kamil-Suswono Soroti Dugaan Politik Uang dan Sembako di Pilkada Jakarta 2024
“Di pilkada juga kan tidak bisa memilih partai. Hanya bisa memilih calonnya. Sehingga, mereka selain melihat ketokohan, mereka lebih mengenal calon tersebut,” jelasnya.
Apalagi, calon itu merupakan petahana. Mereka sudah merasakan kepemimpinan calon tersebut. Akhirnya, tinggal memilih dilanjutkan atau tidak.
Gus Halim saat ditemui awak media di kantor DPW PKB Jatim, Jumat 18 Oktober 2024-Tim media DPW PKB Jatim-
Belum lagi saat pemilu ini, PKB banyak permasalahan yang mendera. Sehingga, mereka tidak fokus dalam pemenangan calon yang mereka usung.
Misalnya, perseteruan PKB dengan PBNU. Itu sangat berimbas pada masyarakat di bawah. “Akhirnya, suara NU di bawah pecah,” ucapnya. (*)