BACA JUGA: Khasanah Ramadan (2): Tadarus, Suluh Keimanan
Dalam kesatuan ekosistem tentu tidak ada suatu gejala yang tidak mempengaruhi tata kehidupan. Apa yang tampak kecil berupa kepakan sayap kupu-kupu mungkin tidak terasa dalam lingkup angin terdekat kita.
Tetapi yakinlah elemen dari setiap unsur lingkungan itu membentuk matarantai keterpautan. Bukankah setiap hal yang terjadi tidak mungkin ada yang sia-sia dan tidak saling menautkan perannya?
Setiap tindakan, sekecil apa pun ada dampaknya, paling tidak berupa pahala atau dosa. Al-Qur'an Surat Ali Imran ayat 191 memberikan informasi tematik sangat pas.
BACA JUGA: Khasanah Ramadan (3): Menebar Takjil Jalanan
“… orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), "Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka.
Ilmu pengetahun telah menerangkan bahwa kupu-kupu merupakan hewan yang mampu memberikan manfaat bagi manusia. Kupu-kupu terlibat dalam proses penyerbukan tanaman dengan membawa serbuk-serbuk saribunga saat mencari nektar.
Kupu-kupu tentu melibatkan diri. Kenyataan ini menjadi pembelajaran bagi manusia untuk berbuat maslahat kepada seluruh makhluk ciptaan Tuhan. Kupu-kupu juga bukan barang jadi melainkan hasil dari langkah penciptaan dengan metamorfosis yang rumit sekaligus sistematis.
BACA JUGA: Khasanah Ramadan (4): Memondokkan Diri
Perubahan untuk sampai pada bentuk kupu-kupu yang indah itu bermula dari wujud ulat yang lemah dan menjijikkan. Tetapi prosesi “wisuda kehidupan” mengubahnya menjadi kupu-kupu yang bertahapan kompleks serta komplit.
Sesungguhnya transformasi perwujudan dari ulat menuju kupu-kupu dapat menjadi kurikulum kehidupan manusia yang sangat besar artinya. Fenomena tata kelola kehidupan kupu-kupu dan ruang “kosmologi Ramadan” dapat dijadikan sebagai “kepompong penempaan diri” guna menggapai kehidupan pasca Ramadan.
Rute “ulat-ulat Ramadan” ini nanti segera bermaujud sebagai kupu-kupu yang beraneka warna dengan segala kemaslahatannya. Ramadan tampaknya menjadi ajang melatih diri dalam letih guna memanen keindahan kupu-kupu.
BACA JUGA: Khasanah Ramadan (5): Masjid sebagai Lumbung
Kita dapat menjadi kupu-kupu yang penuh eksotisme serta kemanfaatan bagi yang lain. Simak dan perhatikan dengan sungguh-sungguh kelebatan mukena jamaah dari gang-gang kampung menuju tempat ibadah di daerah masing-masing.
Semua bermuatan nilai pembelajaran kehidupan sambil berucaplah: ''Ya Tuhan kami tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Mahasuci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa api neraka.'' Barokallah. (*)
*) Guru Besar Fakultas Hukum dan Wakil Direktur III Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga, Ketua Lembaga Pemuliaan Lingkungan Hidup-SDA MUI Jatim, dan Wakil Ketua Tanfidziyah PWNU Jawa Timur