Pementasan Bung Tomo Pandu Garuda, Maknai Kepahlawanan dalam Sosok Sutomo

Senin 02-12-2024,19:45 WIB
Reporter : Guruh Dimas Nugraha
Editor : Guruh Dimas Nugraha


Adegan dalam Bung Tomo Pandu Garuda, mengisahkan Sutomo kecil masuk sekolah Kepanduan Indonesia.-Sahirol Layeli-HARIAN DISWAY

BACA JUGA:Teatrikal Perobekan Bendera, Merawat Sejarah di Kota Pahlawan

Ia belajar pada Soekarno. Pidato-pidato menggelegar dari Presiden pertama RI itu ditirunya. Ia menggali cara-cara untuk membakar semangat juang untuk melawan penjajah. Meski di kemudian hari, ia tak segan untuk berselisih dengan guru politik tidak langsungnya itu.

Pada masa pergerakan, Bung Tomo pernah menjadi wartawan Domai Nippon, media yang berada di bawah kontrol Jepang.

Ia bersama RM Bintarti mengusulkan agar naskah Proklamasi dibacakan dan disiarkan di radio menggunakan bahasa Jawa kromo dan bahasa Madura. Untuk menghindari kemarahan tentara Jepang.

BACA JUGA:Aksi Heroik Teatrikal Perobekan Bendera Surabaya, Peringati 19 September 1945

Upaya itu berhasil. Ia pula bersama Muhammad Yasin dan para pejuang Surabaya, merebut senjata-senjata tentara Jepang di gudang logistik Don Bosco. Kemudian menjadi saksi persekusi wartawan pertama yang terjadi pada era Kemerdekaan.

Persekusi itu berlangsung ketika Bung Tomo menyaksikan Abdul Wahab Saleh, fotografer Antara, dipukuli dan hendak dirampas kameranya. Itu terjadi ketika Abdul Wahab ingin mengambil gambar orang-orang Belanda yang ada di Hotel Yamato.

"Aku pekerja dari Domai Nippon. Aku berani bertanggung jawab bahwa saudara Wahab bukan mata-mata. Ia wartawan foto dari Antara!" seru tokoh Bung Tomo dewasa yang diperankan Kwarizmi Aslamriadi. Persekusi itu pun berhenti. Abdul Wahab dipersilakan untuk mengambil gambar.

BACA JUGA:Magnet Teatrikal Perobekan Bendera Belanda di Surabaya


Adegan perang 10 November 1945 dalam pementasan Bung Tomo Pandu Garuda, 30 November 2024.-Sahirol Layeli-HARIAN DISWAY

Adegan heroik perobekan bendera pun disajikan. Kemudian berbagai lagu diperdengarkan. Seperti Kader Bangsaku karya Gombloh, juga Merah Putih yang dibawakan jebolan The Voice Indonesia Pritta Kartika. 

Ada pula adegan ketika Bung Tomo bertemu Sulistiani, perempuan Palang Merah yang kelak menjadi istrinya.

Dikisahkan ketika Bung Tomo hadir di sebuah pertemuan bersama Sulistiani, ia naik ke atas panggung. Kemudian menyanyikan Rindu Lukisan sembari terus menatap kekasihnya itu. Ya, di balik kesan heroiknya, ia seorang pria romantis.

BACA JUGA:Gambarkan Perjuangan Arek Suroboyo, Teatrikal Perobekan Bendera Siap Digelar Pada 22 September 2024

Dalam adegan perang besar 10 November 1945, para aktor yang berperan sebagai pejuang terus berdatangan. Mereka menghadapi aktor tentara Sekutu-NICA. Seperti gelombang pasang yang tak pernah surut. Terus melawan. 

Kategori :