BACA JUGA: Ramadan Kareem 2025 (6): Ramadan adalah Kita
Suara musik patrol itu berhenti karena tahu diri untuk diteruskan dengan para takmir masjid memutar rekaman suara para qori. Lantunan Al-Qur'an terdistribusi dengan penuh pesona. Antar masjid atau surau-suara bersahutan memutar bacaan ayat-ayat suci Al-Qur'an. Sampai tibalah tahrim diserukan sebelum azan Subuh tiba:
"Ash-shalaatu was-salaamu 'alaiyk. Yaa imaamal mujaahidiin. Yaa Rasuulallaah. Ash-shalaatu was-salaamu 'alaaik. Yaa naashiral hudaa. Yaa khayra khalqillaah. Ash-shalaatu was-salaamu 'alaaik. Yaa naashiral haqqi yaa Rasuulallaah. Ash-shalaatu was-salaamu 'alaaik. Yaa Man asraa bikal muhayminu laylan nilta."
"Maa nilta wal-anaamu niyaamu, wa taqaddamta lish-shalaati fashallaa kulu man fis-samaai wa antal imaamu wa ilal muntahaa rufi'ta kariiman wa ilal muntahaa rufi'ta kariiman wa sai'tan nidaa 'alaykas salaam. Yaa kariimal akhlaaq yaa Rasuulallaah, Shallallaahu 'alayka, wa 'alaa 'aalika wa ashhaabika ajma'iin."
BACA JUGA: Ramadan Kareem 2025 (5): Bulan Distribusi
Itulah sebuah lantunan yang mengandung makna: "Salawat dan salam semoga dilimpahkan padamu wahai pemimpin para pejuang. Ya Rasulullah, salawat serta salam semoga diberikan kepadamu wahai penuntun petunjuk Ilahi."
"Wahai makhluk yang paling baik, salawat dan salam semoga tercurahkan atasmu. Wahai penolong kebenaran, Ya Rasulullah, salawat dan salam semoga tercurahkan kepadamu. Duhai Yang Memperjalankanmu pada malam hari."
"Dialah Yang Maha Melindungi. Kau memperoleh apa yang engkau dapat sedangkan seluruh manusia tidur, Dibelakangmu ada semua penghuni langit saat mengerjakan salat dan engkau jadi imam. Kau diberangkatkan menuju Sidratul Muntaha sebab kemulianmu."
BACA JUGA: Ramadan Kareem 2025 (4): Saatnya Berbagi
"Dan suara ucapan salam atasmu kau dengar. Wahai yang sangat mulia akhlaknya, Ya Rasulullah, Semoga salawat selalu dilimpahkan kepadamu, untuk keluarga dan sahabatmu."
Suara itu langsung disambut dengan azan Subuh. Demikianlah hal yang sama tetapi dengan langgam yang berbeda dikala menjemput saat berbuka. Ramai orang ngabuburit. Suasananya sangat semarak.
Di kampung dan gang-gang lebar maupun jalan gang-gang sempit terdapat gairah ekonomi yang sedang bersemi. Lapak-lapak dibuka dengan beragam jajanan untuk iftar. Makanan takjil yang “diburu jamaah”.
BACA JUGA: Ramadan Kareem 2025 (3): Kupu-Kupu Ramadan
Saya dan mahasiswa-mahasiswa lain sewaktu era saya dulu, juga ada yang sama perilakunya: rajin hadir di masjid dekat kampus atau kampung-kampung. Tumpukan sajian berbuka telah siap dihadirkan buat jamaah masjid.
Ini adalah skema makan bergizi gratis model Ramadan. MBG tanpa menggangu APBN karena tidak menguras kas negara tetapi cukup menetes dari kantong-kantong atau saku-saku umat yang sedang berbagi.
Kini sepekan ini, saya juga menyaksikan anak-anak terdidik di kampus ternyata rela menjadi panitia penyiapan iftar di masjid-masjid kampus. Niatnya macam-macam tetapi yang jelas dengan menjadi panitia maka urusan makan saat berbuka dan sahur telah aman.