SURABAYA, HARIAN DISWAY - Membicarakan sastra Indonesia modern tanpa menyebut nama Eka Kurniawan rasanya seperti membahas kopi tanpa aroma. Pria asal Tasikmalaya ini telah membawa sastra Indonesia ke kancah dunia dengan gaya bercerita yang memadukan realisme magis, kritik sosial, hingga kisah manusia yang membumi.
Namanya kerap disandingkan dengan maestro dunia seperti Gabriel García Márquez dan Haruki Murakami. Lewat karya-karyanya, Eka menyuarakan kegetiran hidup, ketidakadilan, dan kisah-kisah getir manusia dengan cara yang tak biasa—selalu berlapis makna.
Berikut tiga mahakarya Eka yang telah mengukuhkan namanya sebagai salah satu penulis terbaik dari Asia Tenggara.
BACA JUGA:Apa Itu Stoikisme? Mari Pahami dari Buku Filosofi Teras Karya Henry Manampiring
BACA JUGA:Buku 22 Ways to Self-Love yang Ditulis Reffi Dhinar Ini Bantu Perempuan Usir Minder
- 1. Cantik Itu Luka: Sebuah Luka Kolektif Sejarah
Cantik itu Luka menghadirkan kisah perempuan kala penjajahan dan peliknya toxic masculinity. --shopee
Buku ini adalah pintu gerbang yang membawa Eka ke panggung sastra internasional. Dibuka dengan kebangkitan Dewi Ayu dari kubur, cerita ini langsung menarik pembaca dalam dunia di mana realisme magis dan sejarah saling bertautan.
Melalui tokoh Dewi Ayu, seorang pelacur legendaris, Eka menggambarkan trauma penjajahan dan eksploitasi perempuan di Indonesia. Beauty Is a Wound, terjemahan novel ini, diterima luas oleh pembaca internasional dan diterjemahkan ke lebih dari 30 bahasa.
Tak hanya itu, novel ini menjadi salah satu karya yang dipuji dalam berbagai ulasan sastra dunia. Dibutuhkan lima tahun bagi Eka untuk menyelesaikan novel ini.
Inspirasi datang dari kisah-kisah lokal, pewayangan, hingga sejarah kelam penjajahan. Bukan hanya cerita, tapi juga cara Eka menggunakan humor gelap untuk membungkus narasi yang penuh tragedi.
BACA JUGA:Budaya Membaca Buku di Tiongkok
- 2. Lelaki Harimau: Ketika Trauma Berbicara Lewat Mitos
Lelaki Harimau mengisahkan betapa kelam dan ngerinya gaib serta mitos di masyarakat. --bukalapak
Dengan pembukaan yang langsung menghentak, Lelaki Harimau menceritakan pembunuhan brutal yang dilakukan Margio, seorang pemuda yang kerasukan roh harimau. Narasi berjalan mundur, membawa pembaca menyelami akar kekerasan tersebut: trauma keluarga, ketidakadilan, hingga konflik sosial.
Novel ini menjadi buku Indonesia pertama yang masuk longlist Man Booker International Prize pada 2016. Bahkan, The New York Times memasukkannya ke daftar Notable Books of the Year.