Dengan memberikan informasi genetik tertentu, vaksin itu mendorong tubuh memproduksi protein yang dapat memicu respons imun yang kuat terhadap sel kanker.
Pendekatan itu sebelumnya telah digunakan dalam pengembangan vaksin COVID-19 dan berhasil. Kini, diterapkan untuk menghadapi tantangan yang lebih kompleks, yaitu kanker.
BACA JUGA:Adang Hizbullah, Israel Hancurkan Masjid Berusia 100 Tahun di Lebanon
BACA JUGA:Taktik Brutal Rusia: Eksekusi Tawanan Perang Ukraina Diungkap Lewat Rekaman Drone
Dilansir dari indiantimes, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan, "Kita sudah sangat dekat dengan terciptanya vaksin kanker dan obat imunomodulatori," ujarnya dalam siaran televisi.
Namun, beberapa tantangan masih harus diatasi sebelum vaksin itu tersedia untuk umum. Salah satunya adalah memastikan keamanan dan efektivitasnya. Pembuktian dilakukan melalui serangkaian uji klinis yang lebih luas dan mendalam.
Selain itu, ada pula tantangan logistik dalam memastikan vaksin itu dapat diproduksi dan didistribusikan secara massal. Terutama jika permintaan global melonjak.
Dengan meluncurkan vaksin itu pada tahun 2025, Rusia berharap dapat memberikan kontribusi signifikan dalam perang melawan kanker. Apalagi penyakit itu merupakan salah satu penyebab utama kematian di dunia.
BACA JUGA:Serangan Rudal Rusia di Poltava Tewaskan 51 Orang, Ukraina Perlu Perkuat Pertahanan Udara
BACA JUGA:92 Warga AS Dilarang Masuk Rusia, Termasuk Jurnalis
Jika semua berjalan sesuai rencana, inovasi itu berpotensi mengubah cara kita memandang dan menangani penyakit kanker pada masa depan.
*) Mahasiswa magang dari prodi Sastra Inggris, Universitas Negeri Surabaya.