Hidup secara spiritual di era ini adalah upaya untuk menyaring esensi dari ajaran-ajaran tersebut agar pesan-pesan spiritual ini bisa dinikmati oleh siapa saja, tanpa sekat dogma atau batas identitas.
Dalam pandangan Denny JA, universalisasi pesan agama ini bukan berarti menghapus perbedaan, tetapi merayakan keberagaman sebagai kekayaan bersama.
3. Kebahagiaan dan Makna Melalui Riset Ilmu Pengetahuan
BACA JUGA: Denny JA Hibahkan Dana Abadi Penghargaan Tahunan untuk Penulis
Era ini adalah masa ketika kebahagiaan dan makna hidup tidak lagi hanya menjadi domain filsafat atau agama, tetapi juga sains.Melalui riset positive psychology dan neuroscience, manusia kini memiliki peta untuk mencapai kebahagiaan.
Denny JA merumuskan formula 3P + 2S: Personal Relationship, Positivity, Passion, Small Winning, dan Spirituality sebagai kunci menuju hidup bermakna. “Semua manusia, tanpa memandang agama atau ideologi, memiliki potensi untuk bahagia,” ujarnya.
Kebahagiaan, menurutnya, bukan puncak, tetapi perjalanan. Ini adalah warisan kolektif yang dapat diakses oleh siapa saja yang mau hidup secara sadar.
BACA JUGA: Wamenkominfo Nezar Patria Dorong Dunia Kedokteran Adopsi Teknologi Artificial Intelligence (AI)
4. Pertarungan Menafsirkan Agama Yang Sesuai Hak Asasi Manusia
Para nabi telah wafat, meninggalkan warisan yang kaya akan tafsir. Di era ini, tafsir agama tidak lagi menjadi domain eksklusif otoritas tertentu. Artificial Intelligence hadir sebagai alat mengeksplorasi dan membandingkan tafsir agama secara mendalam.
Membimbing manusia untuk memilih tafsir yang menumbuhkan ilmu pengetahuan, menghormati hak asasi manusia, dan membawa kebahagiaan. Denny JA melihat AI sebagai jendela baru untuk memahami sejarah tafsir agama.
BACA JUGA: Munas Alim Ulama NU Tahun 2023 Bahas 7 Isu Utama, Mulai Dari Kecerdasan Buatan Hingga Sekolah 5 Hari
Namun, ia juga mengingatkan bahwa AI tidak menggantikan kebijaksanaan manusia. “Pilihan tetap ada di tangan kita. Tafsir yang benar adalah yang membuat dunia menjadi rumah yang lebih baik bagi semua,” tegasnya.
5. Pemberdayaan Spiritual Individu, Berkurangnya Otoritas Ulama, Pendeta, dan Biksu
Era AI memberikan kebebasan lebih bagi individu untuk menemukan jalan spiritual mereka sendiri. Dengan AI yang memungkinkan eksplorasi lintas teks dan sejarah agama, manusia kini memiliki alat.