Nasib penghuni Gedung Setan kian hari semakin tidak jelas. Sementara, para penghuni yang kini mengungsi di Balai RW 06 Banyu Urip Wetan I hanya diberi waktu 10 hari tinggal di sana. Status tanah dan bangunan yang pernah dimiliki pribadi, membuat Pemerintah Kota Surabaya tak bisa berbuat banyak untuk membantu mereka.
----- SUDAH lima hari warga penghuni Gedung Setan mengungsi di Balai RW 06 dan Balai RT 03 Banyu Urip Wetan I Surabaya sejak kali pertama dievakuasi pada Rabu, 18 Desember 2024. Ada 61 jiwa atau 21 KK yang terpaksa mengungsi di Balai RW dan Balai RT tersebut.Sedangkan di Balai RT 03, ada dua KK yang terdiri dari tujuh orang. Secara keseluruhan, Gedung Setan ini dihuni sebanyak 61 KK.
BACA JUGA:Nestapa Penghuni Gedung Setan Surabaya (1): Warga Kehilangan 'Rumah', Nasibnya Kini Terkatung-katung
Namun, sebagian lainnya memilih indekos atau menumpang di rumah kerabatnya di Surabaya.
Gedung Setan Surabaya dipenuhi serpihan dan pecahan genteng. Banyak atap bolong terimbas hujan lebat dan angin kencang.-Muhammad Tho-emae/Harian Disway-
"Begitu atap (ambrol) langsung kami ungsikan ke sini (Balai RW)," kata Daud Absar, petugas Tagana Dinas Sosial Surabaya, kepada Harian Disway, belum lama ini.
Salah seorang penghuni Gedung Setan Edi Sanjaya mengaku bahwa Pemkot Surabaya pernah menanyakan surat kepemilikan tanah dan bangunan gedung itu. Tentu saja, para penghuni tidak mengetahuinya.
BACA JUGA:Magnet Teatrikal Perobekan Bendera Belanda di Surabaya
Sebab, warga yang tinggal di sana saat ini merupakan generasi keempat. Sementara itu, generasi pertama mulai menempati bangunan peninggalan Belanda tersebut pada tahun 1948.
"Siapa pemilik gedung itu saat ini juga pernah dicari. Pernah ketemu, tapi entah gimana kabar kelanjutannya, tidak ada yang tahu," kata Edi.
Generasi kedua yang menghuni Gedung Setan itu adalah Bimbi Jianto. Usianya sudah 63 tahun. Sejak lahir ia tinggal di gedung itu. Pun anak dan cucunya saat ini.
BACA JUGA:ICAS 13 Heritage Walk: Lorong Waktu Jejak Rempah Kota Lama Surabaya
Bimbi juga memiliki sembilan saudara. Orang tuanya berasal dari Jombang. Ia memilih bertahan di Gedung Setan, sementara sembilan saudaranya hijrah dari gedung itu.
"Anak saya dua orang. Cucu masih satu, maunya dua. Masih dalam kandungan," kata Bimbi yang juga keturunan etnis Tionghoa.
Sejak menempati gedung itu, ia mengakui belum pernah dilakukan revitalisasi. Baik oleh para penghuni maupun pemerintah setempat.
Sehingga, wajar apabila atap gedung yang kini berusia lebih dari 200 tahun itu ambrol.