Sebaliknya, masalah hubungan hanya ditutup-tutupi dan diabaikan hingga tidak dapat diabaikan lagi (biasanya karena si penipu akhirnya tertangkap lagi dalam pola rahasia, kebohongan, dan perselingkuhan yang berkelanjutan).
Ketika menyangkal, penipu berbohong kepada diri mereka sendiri tentang apa yang mereka lakukan dan dampak perilaku mereka saat ini dan pada masa mendatang. Mereka melakukan itu sebagai cara untuk merasionalisasi dan membenarkan perilaku mereka yang jelas-jelas menyakitkan pasangan.
Seiring berjalannya waktu, peselingkuh memercayai kebohongan mereka sendiri. Dengan demikian, kebohongan dan tipu daya internal dieksternalisasi dengan kalimat-kalimat penyangkalan seperti ini:
”Kalau aku mau hubungan seks yang lebih banyak, ya di rumah (dengan suami atau istri). Aku tak perlu selingkuh.”
Atau peselingkuh laki-laki, begini: ”Tentu, aku pergi ke kelab tari telanjang, tapi aku tak pernah berhubungan seks dengan para pekerjanya.”
Banyak kalimat berkilah. Bagi peselingkuh yang berpengalaman, makin bervariasi cara membalikkan kondisi.
Weiss: ”Itu disebut teknik gaslighting. Yaitu, penyangkalan yang dilakukan secara ekstrem sehingga dianggap sebagai bentuk penyiksaan psikologis bagi pasangan. Ketika melakukan gaslighting kepada pasangannya, pelaku memberikan informasi palsu dan bersikeras bahwa informasi tersebut benar. Jika itu terlalu sering, korban jadi bingung. Akibatnya, korban meragukan kesalahan peselingkuh. Tapi, lama-lama hubungan mereka bakal hancur.”
Solusinya, peselingkuh berhenti menyimpan rahasia dan berbohong. Kabar baiknya adalah kepercayaan dapat dibangun kembali dan hubungan dapat pulih. Syaratnya, peselingkuh harus berubah jujur.
Kasus Melody mirip teknik gaslighting versi Weiss. Itu bisa jadi pelajaran masyarakat untuk menghindari kejadian begitu. Mending bercerai daripada berselingkuh. Hidup tanpa kebohongan. (*)