Bahkan, penanganan aliran Sungai Citarum juga menggunakan alat penyedot sedimen. Salah satu alat yang dipakai di sana buatan para Komandan Sektor (Dansektor) Citarum Harum.
Dansektor 18 Satgas Citarum Harum Karawang Kolonel CZI Suyatrinu Wardedi yang membuat mesin penyedot sedimen.
"Mesin penyedot sedimen memanfaatkan dua mesin diesel bertenaga 24 PK berbahan bakar solar. Mesin tersebut dipasang di atas perahu ponton agar dapat dioperasikan dengan mengikuti aliran sungai," kata Kolonel CZI Suyatrinu Wardedi, Dansektor 18 Satgas Citarum Harum Karawang seperti dikutip dari situs TNI AD pada 2023 silam.
alat penyedot sedimen yang dipakai untuk membersihkan Sungai Citarum.--
Menurut Suyatrinu Wardedi, alat penyedot dengan selang 1 rol (25 meter, ukuran 4,5 inci) mampu menyedot sedimen 24 meter kubik dalam waktu 1 jam.
"Mesin tersebut dapat mengurangi pendangkalan sungai sehingga aliran air menjadi lancar," ujar Suyatrinu. Ia menyebut dalam mengatasi sedimentasi sungai menggunakan mesin penyedot, alat itu lebih praktis, efektif, dan ekonomis jika dibandingkan dengan alat berat seperti excavator.
Nah, ironisnya Pemkot Surabaya menyebut hal itu tak efektif. Hal itu disampaikan Kepala Bidang Drainase Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga (DSDABM) Kota Surabaya, Windo Gusman Prasetyo.
Pada sejumlah media, Windo menegaskan bahwa Pemerintah Kota Surabaya sudah memiliki alat penyedot sedimen. Namun, menurutnya penggunaan alat penyedot sedimentasi tersebut kurang efektif.
Penyebabnya, kata Windo, banyaknya sampah yang menyumbat saluran air. Sehingga campuran sedimen dan sampah membuat alat tidak bekerja secara optimal.
"Permasalahan yang terjadi di Surabaya sedimen di saluran kebanyakan bercampur dengan sampah yang akhirnya alat penyedot sedimen tidak bekerja secara optimal, " jelasnya.
Anggaran Pencegahan Banjir Surabaya Rp 1,4 Triliun untuk Apa?
Anggota Komisi C DPRD Surabaya Achmad Nurdjayanto juga menyoroti, Pemkot Surabaya harus punya langkah strategis dalam penanganan banjir. Sebab, legislatif sudah mendukung itu dengan menyetujui anggaran pencegahan banjir yang nilainya tidak sedikit.
"Anggaran sebesar Rp 1,4 triliun yang disampaikan oleh pak wali kota yang dialokasikan untuk penanganan banjir harus digunakan secara efektif," kata Achmad. "Jangan dipakai untuk melakukan hal-hal bersifat template, harus ada terobosan," tambahnya.
Ia berharap sebagian anggaran tersebut dapat dialokasikan untuk pengadaan alat penyedot sedimen, sehingga pemkot memiliki solusi yang lebih praktis dan hemat biaya.
"Beberapa daerah di Indonesia ini juga sudah memiliki alat itu bahkan, kementerian PU juga sudah memiliki alat itu," ujarnya.
Salah satu alat pengeruk dan penyedot sedimen yang dijual di marketplace di China.--
Ia menilai bahwa tenaga manusia sudah tidak memungkinkan untuk menangani saluran besar semacam itu.