Kata Achmad, volume air di saluran besar sering kali berkurang akibat sedimentasi tinggi, sehingga air meluber ke jalan.
Harapannya, Pemkot Surabaya segera mengambil langkah inovatif dengan menggunakan alat modern untuk membersihkan saluran tersebut.
"Alat ini juga tidak akan mubazir karena bisa digunakan untuk berbagai keperluan perawatan lainnya," paparnya.
Selain itu, Achmad menyoroti pentingnya normalisasi saluran primer yang tertutup, seperti di kawasan Menur dan Banyu Urip.
Selain alat penyedot sedimen, Achmad juga mengusulkan pembuatan sumur vertikal sebagai tempat untuk menampung air hujan. Harapannya sumur vertikal itu mampu mengurangi debit air dan men-delay air masuk ke saluran.
Ia menegaskan bahwa sumur vertikal ini bukan sumur resapan yang hanya berdiameter kecil namun, memiliki sumur diameter besar seperti pada sumur umumnya yang berfungsi sebagai penampung air ketika hujan dan hydrant ketika musim kemarau.
"Pemkot bisa membuat sistem pipa resapan vertikal, seperti yang dilakukan di Jepang. Pipa vertikal dengan kedalaman 20 meter bisa menjadi solusi yang lebih cepat dan efektif. Biayanya juga lebih hemat karena tidak memerlukan pembongkaran saluran besar," pungkasnya.(*)