Dari Reog ke Robot Angklung: Inovasi Menjaga Warisan Budaya di Era Digital

Kamis 14-08-2025,16:34 WIB
Reporter : Mauluda Luthfiana Nastiti*
Editor : Heti Palestina Yunani

HARIAN DISWAY - Indonesia mempunyai segudang warisan budaya yang sudah diakui dunia. Tapi, menjaga agar semua itu tetap hidup di hati generasi muda bukan perkara mudah, apalagi di era serba digital.

Di Surabaya, sebuah diskusi mencoba menawarkan jawabannya lewat bedah buku Identitas, Inovasi, dan Intergenerasi, pada Kamis, 14 Agustus 2025 di  Ruang Adi Sukadana, FISIP Universitas Airlangga.

Layar Zoom terpampang di samping deretan kursi yang cepat terisi. Tak kurang dari 50 peserta hadir secara langsung, sementara lebih dari 80 lainnya mengikuti secara daring. 

BACA JUGA: Dukung Industri Batik, Gubernur Khofifah ajak Warga Cintai dan Promosikan Warisan Budaya Luhur Madura


Para peserta berkumpul dalam diskusi lintas generasi untuk membedah buku Identitas, Inovasi, dan Intergenerasi. --Istimewa

Mereka berkumpul dalam diskusi lintas generasi untuk membedah buku Identitas, Inovasi, dan Intergenerasi, hasil kolaborasi Program Magister Media dan Komunikasi FISIP Unair dengan Delegasi Tetap RI untuk UNESCO.

Buku ini merangkum esai-esai populer yang menawarkan strategi pelestarian budaya di luar cara-cara lama. Pendekatan pentahelix — kolaborasi akademisi, pemerintah, komunitas, pelaku usaha, dan media — menjadi fondasi, dengan satu irama: keterlibatan generasi muda sebagai pengungkit utama.

“Pelestarian budaya takbenda tidak bisa ditinggalkan pada nostalgia,” ujar Yuyun WI Surya, Ph.D., Kaprodi Magister Media & Komunikasi FISIP Unair, dalam pengantar acara. “Ia perlu masa depan, dan masa depan itu, hari ini, berada di tangan anak muda yang hidup di ruang digital.”

BACA JUGA: CULIT 2025 Ungkap Seni, Sejarah, dan Budaya di Kampung Pecinan Tambak Bayan Surabaya

Pesan ini menjadi semacam benang merah sepanjang acara: merawat tradisi tanpa takut merangkul inovasi.


Delegasi Indonesia dipimpin Menbud Fadly Zon saat berkunjung ke UNESCO untuk penyerahan Batik Sawunggaling dan tenun Sumba. --Istimewa

Hingga 2025, Indonesia sendiri tercatat memiliki 16 elemen Warisan Budaya Takbenda (WBTb) yang telah diakui UNESCO, mulai dari Wayang, Keris, Batik, Angklung, Tari Saman, Noken Papua, Tiga Genre Tari Tradisi Bali, Pinisi, Pencak Silat, hingga Kebaya dan Reog Ponorogo. 

Pengakuan ini bukan datang begitu saja, melainkan hasil kerja bersama pemerintah, komunitas, dan para pegiat budaya untuk menjaga identitas bangsa. Namun, agar tetap hidup, warisan ini tidak bisa hanya disimpan di etalase sejarah. 

BACA JUGA: Bersih Desa Tumpang 2025, Cara Merawat Warisan Candi Jago lewat Kirab Budaya

Salah satu penulis buku, Saevasilvia, menawarkan gagasan baru: robot angklung. Ide ini menjadi jembatan antara kecintaan pada tradisi dan ketertarikan pada teknologi. “Biar anak-anak yang tumbuh dengan gawai juga bisa jatuh cinta pada getar bambu,” ujarnya. 

Kategori :