Lawatan PWNU Jatim ke Tiongkok; Di Nanjing, Sejarah Laksamana Cheng Ho Ingatkan Spirit Unity in Diversity

Sabtu 01-11-2025,14:02 WIB
Reporter : Heti Palestina Yunani

HARIAN DISWAY – Muhibah PWNU Jatim ke Tiongkok semakin bermakna. Sampai hari keempat, lima pengurus yang berangkat atas undangan Konsulat Jenderal Republik Rakyat Tiongkok (RRT) di Surabaya itu terus menjalankan agendanya.

Setelah melakukan berbagai kunjungan di Lanzhou, rombongan yang dipimpin KH Kikin Abdul Hakim, Ketua Tanfidziyah PWNU Jatim, itu terbang ke kota selanjutnya, Nanjing, yang terletak di Provinsi Jiangsu, pada pukul 15.25.

Di Nanjing, pada Rabu, 29 Oktober 2025 itu, rombongan ke The Memorial Hall of the Victims in the Nanjing Massacre by Japanese. Lalu ke Jingjue Mosque di Nanjing. Siangnya sambang ke The Old City Residential Renovation Project — Xiaoxihu Area Project. Termasuk ke The Nanjing City Wall Museum and the Zhonghua Gate Fortress.
Rombongan PWNU Jatim secara terbuka berdiskusi kebangsaan dan kerukunan beragama yang ada di Tiongkok bahwa Tiongkok mengakomodir dan melindungi semua warga negaranya. --Istimewa

BACA JUGA: Lawatan PWNU Jatim ke Tiongkok; Dari LS Group Co. Ltd., Prof Suparto Wijoyo Catat Spirit Industri Tiongkok yang Tak Kenal Menyerah

Di kota terpenting kedua setelah Shanghai, rombongan melanjutkan kesempatan untuk menyambung silaturahmi di Negeri Tirai Bambu. ”Tepatnya tentang menjejak sejarah toleransi antar-umat beragama,” kata Prof Suparto Wijoyo, Ketua Tanfidziyah PWNU Jatim yang turut dalam muhibah.

Dijelaskan Prof Jojo, dalam konteks itu ada nama yang sangat populer bagi masyarakat muslim Indonesia yakni Laksamana Cheng Ho atau Zheng He. ”Beliau sudah tidak asing lagi, beliau adalah seorang pejabat dinasti Ming yang terkenal melakukan ekspedisi dagang hingga ke Bumi Nusantara,” katanya.

Terkait dengan nama Cheng Ho itulah, Nanjing sangatlah erat. Prof Jojo menegaskan bahwa perjalanan Ho tersebut berawal dari Kota Nanjing yang pada waktu itu adalah ibu kota Kerajaan Ming di Tiongkok. Dulu bernama Nangking.

BACA JUGA: Lawatan PWNU Jatim ke Tiongkok; Belajar Modernisasi Industri Florikultura di Lanzhou

Di situ pula terdapat masjid bersejarah yaitu Masjid Jinggue yang terletak di Sanshan Street, bagian selatan Kota Nanjing. Berdasarkan sejarah, masjid peninggalan Dinasti Ming ini didirikan pada 1388 Masehi oleh Yuanzhang yang merupakan kaisar pertama Dinasti Ming.
Foto bersama di depan masjid bersejarah yaitu Masjid Jinggue yang terletak di Sanshan Street, bagian selatan Kota Nanjing. --Istimewa

Maka, Jinggue yang merupakan mesjid tertua di Kota Nanjing itu nilainya menjadi pengingat betapa pentingnya posisi umat Islam di kota itu pada waktu itu. “Sangat berbahagia sekali kami semua diperkenankan mengunjungi Masjid Jinggue,” ungkap Wakil Direktur III Sekolah Pascasarjana UNAIR itu.

Di sana, rombongan disambut hangat oleh Ketua Asosiasi Islam Nanjing Mr. Dai dan Imam Masjid Jinggue Abdurrahman beserta pengurus. Selain Gus Kikin dan Prof Jojo, rombongan kecil itu terdiri dari KH Abdul Matin Djawahir, Wakil Ketua Rais Syuriah; Prof Masykuri Bakri, Wakil Ketua Tanfidziyah; dan Prawitra Thalib Amari.

BACA JUGA: Lawatan PWNU Jatim ke Tiongkok; Tapak Tilas Moderasi Beragama Antara NU dan Islamic Association of Gansu Province

Kelimanya pun tak menyia-nyiakan kesempatan. Mereka secara terbuka berdiskusi kebangsaan dan kerukunan beragama yang ada di Tiongkok bahwa Tiongkok mengakomodir dan melindungi semua warga negaranya.

”Negara kami mengakui dan menjamin hak-hak semua umat beragama yang ada di Tiongkok termasuk Islam dan bahkan yang atheis sekalipun, semua mendapatkan perlakuan yang sama tanpa terkecuali,” ujar Abdurrahman. 

Prof Jojo juga menegaskan Indonesia tanpa terkecuali juga mengakomodir semua hak dan kewajiban umat beragama seluruh warga negara Indonesia. Hal senada disampaikan Gus Kikin.

Kategori :