HARIAN DISWAY - Pernah merasa lelah dengan notifikasi yang tidak ada habisnya atau scroll media sosial tanpa henti? Kalau begitu, kamu tidak sendirian.
Banyak generasi Z mulai menyadari dampak negatif dari penggunaan media sosial yang berlebihan.
Tren digital detox pun semakin populer. Terutama di kalangan anak muda yang ingin hidup lebih seimbang dan mindful.
Media sosial memang menjadi bagian besar dari kehidupan Gen Z.
Dari Instagram, TikTok, hingga Twitter. Semuanya menawarkan hiburan, informasi, dan ruang untuk mengekspresikan diri.
Tapi di balik itu, ada sisi gelap yang sering kita abaikan: rasa cemas, takut ketinggalan (FOMO), hingga gangguan tidur akibat terlalu sering terpapar layar.
BACA JUGA:25 Link Twibbon Hari Ibu 2024 yang Menarik untuk Dibagikan di Media Sosial
Menurut survei terbaru, hampir 60 persen anak muda merasa media sosial memengaruhi kesehatan mental mereka.
Banyak yang mengaku sering merasa tidak pernah puas. Bahkan merasa buruk. Karena lewat media sosial, mereka membandingkan kehidupannya dengan kehidupan orang lain di dunia maya.
Digital Detox bukan sekadar tren, tapi juga cara untuk kembali fokus pada kehidupan nyata.-Life Coach KMack-Pinterest
Hal itu memicu keinginan untuk melakukan digital detoks. Yaitu mengurangi atau menghentikan total penggunaan media sosial untuk sementara waktu.
Digital Detoks bukan sekadar tren. Tapi juga cara untuk kembali fokus pada kehidupan nyata.
Banyak yang memanfaatkan waktu detoks untuk melakukan hal-hal yang lebih produktif. Seperti membaca buku, berolahraga, atau menghabiskan waktu bersama keluarga.