One Health, Strategi Gotong Royong Pascapandemi

Rabu 05-02-2025,05:00 WIB
Oleh: Ahmad Fariz Malvi Zamzam Zein*

Pendekatan one health menggerakkan seluruh lini/sektor, disiplin kepakaran, dan komunitas pada pelbagai tingkat sosial untuk bergabung dan bekerja sama. 

Dalam upaya realisasi one health menjadi suatu gerakan kolektif multidisiplin, WHO membentuk One Health Initiative dengan merangkul beberapa institusi internasional terkait lainnya. 

Yakni, The Food and Agriculture Organization (FAO), The United Nations Environment Programme (UNEP), dan The World Organization for Animal Health (WOAH). Semuanya disebut juga sebagai one health quadripartite.

Beberapa isu terkait one health mencakup penyakit emerging (penyakit yang baru muncul), penyakit re-emerging (penyakit yang sudah ada sejak lama dan sudah tereradikasi tetapi muncul kembali), endemi penyakit zoonosis, resistansi antibiotik, keamanan dan ketahanan pangan, kontaminasi lingkungan, perubahan iklim, dan ancaman kesehatan lainnya. 

Sebagai contoh, kuman yang kebal terhadap antibiotik dapat menyebar secara cepat melalui komunitas, cadangan makanan, fasilitas umum, dan lingkungan (tanah, air). Akibatnya, penanganan kasus infeksi pada manusia dan hewan terasa sulit.

Mengapa konsep one health itu penting? Seiring dengan pertumbuhan populasi manusia, akan terjadi ekspansi area geografis yang baru sehingga banyak manusia yang hidup/tinggal berhubungan erat dengan lingkungan dan hewan ”liar”. 

Hewan tentu memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Pada konteks tertentu, kontak populasi manusia dan hewan/lingkungan liar yang erat memungkinkan munculnya penyakit, yang juga dikenal sebagai penyakit zoonosis (penyakit yang dibawa atau terkait dengan hewan). 

Selain itu, bumi telah mengalami perubahan iklim dan penggunaan tanah, seperti penggundulan hutan dan praktik pertanian intensif. Disrupsi lingkungan dan habitat tersebut tentu dapat memungkinkan munculnya penyakit. 

Pergerakan manusia, hewan, dan produk hewan telah meningkat secara signifikan seiring dengan kemajuan transportasi dan perdagangan di tingkat lokal, nasional, dan internasional. Hal itu dapat mengakibatkan cepatnya persebaran penyakit secara global. 

Konsep one health diwujudkan dengan berasas pada komunikasi, koordinasi, dan kolaborasi. Saat pandemi Covid-19, pendekatan itu mengurangi kejadian kasus baru dan persebaran infeksi dengan supervisi dari berbagai kepakaran multidisiplin. 

Misalnya, pakar hewan meninjau kondisi kesehatan dan keterkaitan hewan, pakar lingkungan menilai keterkaitan aspek lingkungan dan perubahan iklim, dan dokter beserta epidemiologi dan pakar kesehatan masyarakat menangani dampak pandemi terhadap manusia. 

Tentunya, terdapat aspek penting lain yang dapat menjaga kontinuitas one health itu. Yakni, penentuan kebijakan, penegakan hukum/regulasi, agrikultur, komunitas, dan lain-lain. 

One health sebagai strategi gotong royong seharusnya tidaklah merupakan strategi yang kaku dan rumit bagi negara kita yang memiliki budaya gotong royong. Konsep one health tentu dapat terlaksana di berbagai tingkat, dari nasional hingga desa. 

Forum dan konsorsium yang tengah dan telah ada di masyarakat, baik di tingkat nasional maupun di tingkat desa, dapat diformulasikan lebih lanjut sebagai realisasi program keberlanjutan di bidang kesehatan bagi forum/konsorsium tersebut. 

Hal tersebut tentu untuk mewujudkan resiliensi masyarakat Indonesia yang tumbuh dari desa terhadap ancaman kesehatan global. (*)


*) Ahmad Fariz Malvi Zamzam Zein adalah akademisi dan praktisi kesehatan.

Kategori :