BACA JUGA: Ini 8 Fitur Yang Bisa Anda Akses di Aplikasi Rumah Pendidikan
Headpiece disematkan secara simbolis kepada dua orang perwakilan murid, sebagai tanda Hari Inspirasi dimulai. “Anak-anak sangat gembira dengan adanya Kelas Inspirasi ini,” ujar Utami Dewi, kepala sekolah, dalam sambutannya.
Ketua rombongan belajar (rombel) Kelas Inspirasi 8 Mojokerto, Candra Dewantara (kanan), menyerahkan sertifikat dan pohon untuk kenang-kenangan kepada Utami Dewi, Kepala Sekolah SDN Sajen 2 Pacet. --Bramasta/Rofil
Dia berharap anak-anak dapat memperoleh ilmu dan pengetahuan baru dalam Kelas Inspirasi. Kami disuguhi tarian sapu sada dari siswa kelas 5 dan 6. Setelah itu, Susilowati, salah seorang fasilitator, mengajak anak-anak bergembira dengan chicken dance. Suasana jadi riuh. Sebelum masuk kelas, kami berfoto bersama.
Bermain Imajinasi
Pada sesi pertama, aku masuk ke kelas tiga. Aku memulai dengan membacakan satu cerita rakyat Indonesia, Bawang Putih Bawang Merah. Ternyata masih ada saja yang belum pernah mendengarkan cerita itu.
BACA JUGA: Rumah Pendidikan Gantikan Platform Merdeka Mengajar, Kemendikdasmen Ingin Ringankan Beban Guru
Kemudian, aku mengeluarkan 5 kartu subjek. Anak-anak—yang terbagi menjadi 3 kelompok—memilih satu kartu untuk setiap kelompok. Kemudian aku meminta mereka membuat satu kalimat dengan kata subjek yang terpilih.
Setelah mereka selesai, aku memberikan kartu lain. Aku meminta mereka untuk membuat kalimat lagi dengan kartu berikutnya, yang harus tetap berhubungan dengan kalimat sebelumnya.
Begitu seterusnya hingga aku membagikan total 5 kartu untuk setiap kelompok. Tak kusangka, mereka melakukannya dengan sangat baik. Ketika kuminta kalimat tambahan untuk menutup cerita, mereka mampu membuat cerita itu berakhir dengan manis.
Membimbing siswa yang mengikuti Kelas Inspirasi untuk membacakan cerpen hasil kerja kelompok dari kata-kata pemantik yang diberikan. --Bramasta/Rofil
BACA JUGA: Memahami Teknologi Pendidikan secara Kafah
Di kelas 5, aku membacakan kisah Keong Emas. Ada dua–tiga anak yang belum pernah mendengar cerita itu sama sekali. Setelahnya, aku mengeluarkan kartu-kartu bergambar. Sengaja kuberikan kartu bergambar tanpa kata-kata karena kelas 5 sudah mampu berimajinasi dengan lebih kompleks.
Sama seperti di kelas tiga, setiap kelompok kuminta memilih satu kartu. Dari kartu itu, mereka harus membuat kalimat yang terus berkelanjutan menjadi satu cerita utuh. Yang membuat seru, kartu yang terpilih berikutnya bisa membuat plot twist pada cerita mereka.
Ternyata, mereka membuat cerita pendek yang menarik. Pilihan subjek, latar waktu, tempat tujuan, serta kendaraan yang digunakan, dijalin dengan cerdik oleh mereka. Di akhir kelas, wakil dari tiga kelompok maju ke depan. Bergantian, mereka membaca hasil karya kelompok mereka.
BACA JUGA: Perguruan Tinggi Nambang (PTN): Awal Kehancuran Dunia Pendidikan
Di kelas 2, kisah Asal Mula Danau Toba kuceritakan. Kemudian, aku mengeluarkan kartu lawan kata yang sudah kusiapkan. Mereka harus mengisi titik-titik sesuai gambar yang ada. Setelah itu, mereka berlomba memasangkan lawan kata yang benar.
Berhubung masih ada waktu, kartu kata-kata kukeluarkan dan mengajak mereka membuat kalimat pendek. Ternyata, mereka juga mampu melakukannya dengan baik.