HARIAN DISWAY – Pada hari Jumat, 28 Februari 2025 pukul 11.11 WIB, nilai tukar rupiah terjun bebas sebesar 0,79%.
Itu mencapai rekor terendah sepanjang sejarah di level Rp 16.575 per USD.
Menurut Ekonom Bank Maybank Indonesia Myrdal Gunarto, melemahnya rupiah pada pagi ini dipengaruhi oleh peningkatan volatilitas pasar yang disertai aksi profit-taking oleh investor.
Hal itu terjadi seiring dengan kebijakan Presiden Amerika Serikat Donald Trump mulai memberlakukan kenaikan tarif impor terhadap barang dari Kanada, Meksiko, dan Tiongkok per 25 Maret nanti.
Melemahnya nilai tukar rupiah turut dipengaruhi oleh meningkatnya permintaan dolar AS dari pelaku ekonomi domestik untuk memenuhi kebutuhan pembayaran rutin di akhir bulan.
BACA JUGA:Harga Emas Turun Rp 14 Ribu per Gram di H-1 Ramadan, Harga Jual Kembali Terjun Bebas!
"Seperti pembayaran utang dan bunga serta pembayaran barang impor, seperti bahan baku produksi dan barang konsumsi, khususnya untuk bulan puasa dan lebaran mendatang," ujar Myrdal dilansir CNBC Indonesia, Jumat, 28 Februari 2025.
Amerika Serikat memberlakukan tarif baru terhadap Tiongkok sebagai tambahan dari bea masuk 10% yang sudah diterapkan sejak awal Fabruari.
Itu bersamaan dengan penundaan tarif untuk Kanada dan Meksiko. Tarif sebesar 25% dikenakan pada semua barang impor dari Kanada dan Meksiko, kecuali produk energi dari Kanada yang dikenai pajak sebesar 10%.
Negara-negara tersebut merupakan sumber impor terbesar bagi Amerika Serikat. Jika tidak ada penangguhan hukuman di detik-detik terakhir, pajak impor akan meningkat lebih dari USD 1 triliun pada 4 Maret 2025.
"Sehubungan dengan kondisi tersebut di atas, kami memperkirakan inflasi AS akan lebih tinggi hingga 3,5% pada tahun 2025. The Fed dan bank sentral lainnya memiliki ruang untuk menurunkan suku bunga kebijakan, namun terbatas karena tekanan inflasi yang lebih tinggi," ujarnya.
iBACA JUGA:IHSG Melemah, Dampak Kebijakan Tarif Timbal Balik Trump
Sementara itu menurut Fikri C. Permana, seorang ekonom senior dari KB Valbury Sekuritas, nilai tukar rupiah melemah karena adanya kekhawatiran terkait penerapan Good Corporate Governance (GCG) di Indonesia. Terutama setelah meningkatnya kasus korupsi di dalam negeri.
"Sentimen ini masih akan berlanjut pada Jumat 28 Februari 2025 dan berpotensi terus menekan rupiah," kata Fikri.
Selain itu, tekanan terhadap rupiah semakin meningkat akibat aksi sell-off di pasar saham.