Ketika akses terhadap barang dan hiburan dibatasi, orang mulai menyadari bahwa yang esensial bukanlah jumlah, tapi kualitas. Ditambah dengan krisis iklim yang semakin nyata, muncul dorongan moral untuk mengurangi konsumsi berlebihan.
Banyak konten kreator dan influencer Gen Z juga ikut menyuarakan semangat ini. Di TikTok, misalnya, tagar seperti #YONO dan #SustainableLiving mulai ramai digunakan. Ini menunjukkan bahwa perubahan pola pikir bukan cuma wacana, tapi sudah menjadi bagian dari keseharian digital mereka.
BACA JUGA: Apa Itu Jam Koma? Istilah Baru Gen Z yang Viral di Media Sosial
Namun, bukan berarti semangat YOLO sepenuhnya ditinggalkan. Bagi sebagian anak muda, YOLO tetap relevan dalam arti hidup dengan keberanian dan merayakan momen. Hanya saja, kini semangat itu dikombinasikan dengan kesadaran untuk hidup lebih bijak dan bertanggung jawab.
Peralihan dari YOLO ke YONO mencerminkan proses pendewasaan sosial di tengah generasi yang tumbuh di era serba cepat. Dalam dunia yang penuh pilihan dan distraksi, memilih untuk hidup lebih sederhana dan sadar bukanlah hal mudah.
Tapi justru di sanalah kekuatan Gen Z terlihat: mereka berani bertanya, “Apa yang benar-benar aku butuhkan?”. Bukan sekadar slogan, YONO adalah refleksi dari cara baru menjalani hiduplebih tenang, lebih terarah, dan lebih peduli. (*)
*) Mahasiswa magang dari Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Terbuka Surabaya