Kepala BGN Dadan Hindayana kepada pers, Rabu, 16 April 2025, mengatakan, ”Soal itu urusan internal antara yayasan dan mitra dapur. Bukan urusan BGN.”
Tapi, Ira bersama kuasa hukumnya, Harly, terus berusaha. Mereka akhirnya berhasil menemui Kepala BGN Dadan di kantornya, Rabu, 16 April 2025. Hasilnya mereka anggap sukses.
Harly: ”Tadi kami sudah bicara panjang lebar dengan Pak Dadan. Alhamdulillah ditemukan solusi yang cukup baik. Jadi, mulai besok pun dapur di Kalibata sudah mulai beroperasi kembali.”
Lantas, bagaimana dengan laporan polisi? ”Biar saja berproses,” jawabnya, tanpa memerinci bentuk sukses hasil dialog dengan Dadan.
Dikutip dari buku berjudul Manusia Indonesia (1977) karya Mochtar Lubis, ada enam karakter manusia Indonesia.
Pertama, hipokrit atau munafik. Penjajahan di masa lalu menekan rakyat Indonesia menjadi orang munafik. Baik urusan keagamaan, sosial, sampai korupsi. Orang-orang bicara menentang korupsi, tetapi melakukan korupsi. Bahkan, penegak hukum juga korupsi.
Kedua, enggan bertanggung jawab. Kata ”bukan saya” adalah kata paling luwes diucapkan mulut manusia Indonesia. Kesalahan yang dilakukan atasan digeser ke bawahan dan terus berentet sampai pemegang jabatan paling bawah.
Ketiga, jiwa feodal. Pasti akibat kita dulu dijajah sehingga karakter itu turun-temurun. Dicontohkan, dalam rekrutmen pegawai negeri, diutamakan hubungan keluarga, kerabat, dan teman. Orang lain harus bayar.
Keempat, percaya takhayul. Itu terjadi sampai sekarang. Orang masih percaya dukun daripada dokter. Film bioskop yang berbau mistik pasti laris.
Kelima, artistik. Ini salah satu kelebihan orang Indonesia. Karya artistik kita terkenal sampai internasional. Ukiran, batik, patung, gamelan, dikenal masyarakat dunia.
Keenam, watak lemah. Presiden Soekarno dijadikan contoh ciri itu. Soekarno pernah mengatakan bahwa inflasi itu baik demi revolusi Indonesia. Akibatnya, inflasi saat itu setahun 650 persen. Ekonomi Indonesia hancur.
Karya Mochtar Lubis itu lahir pada 32 tahun setelah Indonesia merdeka. Saat negara kita masih muda. Kini, 48 tahun setelah buku itu diterbitkan, ternyata masih relevan. Belum berubah.
Laporan polisi Ira ke Polres Jakarta Selatan itu pasti tidak menggambarkan karakter nomor lima. Tapi, Anda sudah tahu di nomor berapa dan ditujukan untuk siapa? (*)