HARIAN DISWAY – Depok, sebuah kota yang berada di Provinsi Jawa Barat, menyimpan sejarah yang cukup unik. Depok telah ada sejak sebelum Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945. Nama Depok merupakan singkatan dari sebuah frasa dalam bahasa Belanda, warisan masa kolonial.
Pada masa pemerintahan kolonial Belanda pada akhir abad ke-17, kawasan Depok dikenal sebagai pemukiman khusus. Dimiliki dan dikelola oleh seorang keturunan Belanda bernama Cornelis Chastelein. Pada masa itu, tanah seluas 12,44 kilometer persegi di Depok ia beli untuk dijadikan lahan produktif.
Tanah itu juga digunakan untuk mempekerjakan masyarakat pribumi sebagai budak. Chastelein mewariskan tanah tersebut kepada para budaknya tepat setelah ia wafat.
BACA JUGA:Asal Usul Ngabuburit dan Perkembangannya di Indonesia
Hal itu menjadikan Depok sebagai wilayah dengan pemerintahan independen. Terpisah dari kekuasaan kolonial Belanda.
Arti Nama Depok
Gerbang masuk Kota Depok--Okezone
Menurut catatan sejarah, nama Depok berasal dari singkatan frasa Belanda: De Eerste Protestantsche Organisatie van Kristenen. Artinya, "Organisasi Kristen Protestan Pertama".
Singkatan itu kemudian disederhanakan menjadi DEPOK, yang kemudian diadopsi sebagai nama wilayah.
BACA JUGA:Legenda Nian dan Tradisi Imlek: Asal Usul dan Makna di Baliknya
Meskipun kini Depok lebih dikenal sebagai penyangga kota metropolitan yang ramai, akar sejarah itu tetap menjadi bagian penting dalam identitas kota tersebut.
Bahkan hingga saat ini, jejak komunitas keturunan Belanda masih bisa ditemukan di beberapa bagian kota. Terutama di kawasan Depok Lama.
Siapa Sebenarnya Sosok Cornelis Chastelein?
Chastelein adalah pegawai VOC selama 20 tahun. Ia memulai kariernya di kongsi dagang tersebut sejak berusia 20-an. Kariernya perlahan naik, berawal dari pengawas gudang hingga menjadi saudagar utama. Juga anggota Dewan Kota Batavia (kini Jakarta).
BACA JUGA:Mengenal Kamis Putih, Rangkaian Pra-Paskah Mengenang Peristiwa Penjamuan Terakhir
Selama kariernya, pria kelahiran 1658 itu mendapat gaji bulanan sekitar 200-350 gulden. Angka yang terbilang cukup besar pada masa itu. Menjadikannya salah satu orang yang cukup pintar mengelola uang.
Alih-alih dihamburkan, gaji tersebut dialihkan untuk membeli tanah di sekeliling Batavia. Dalam Depok Tempo Doeloe (2011) dijelaskan, tanah pertama yang dibelinya pada 1693 itu berada di kawasan Weltevreden (kini Gambir). Tanah tersebut lantas difungsikan untuk menanam tebu.