Dalam daftar kandidat yang banyak dibicarakan, muncul nama-nama seperti Kardinal Luis Antonio Tagle dari Filipina, Kardinal Pietro Parolin dari Italia, hingga Kardinal Peter Turkson dari Ghana. Namun, tradisi menyimpan kejutan. Dalam sejarahnya, kardinal ’’favorit’’ jarang menjadi terpilih.
BACA JUGA:Konklaf, Tradisi Tertutup Pemilihan Paus yang Terjadi di Balik Pintu Vatikan
BACA JUGA:Vatikan Umumkan Konklaf 7 Mei, Ini Kandidat Terkuat Paus Baru
Di luar dinding kapel, kehidupan Vatikan berjalan seperti biasa. Wisatawan dan peziarah memadati Lapangan Santo Petrus. Sebagian dari mereka bahkan tak menyadari bahwa cerobong pemilihan paus telah terpasang. Tapi bagi mereka yang tahu, ini adalah momen istimewa.
“Saya merasa sedang menyaksikan sejarah,” ujar Glenn Atherton, pengunjung asal Inggris. “Ada semacam keheningan spiritual di tengah keramaian. Saya merasa beruntung bisa berada di Roma saat ini,” katanya
Pada konklaf kali ini, pemungutan suara pertama akan digelar Rabu sore, 7 Mei 2025, pukul 16.30 waktu setempat. Untuk menang, seorang kandidat harus memperoleh dua pertiga suara. Artinya, mereka harus mendapatkan setidaknya 89 dari 133 suara.
Jika belum ada yang mencapai ambang itu, surat suara akan dibakar dan asap hitam akan mengepul. Jika ada paus terpilih, maka bahan kimia khusus akan ditambahkan agar asap yang keluar berwarna putih. Dua sesi pemungutan suara akan berlangsung setiap pagi dan sore hingga seorang paus terpilih.
Sistem asap itu telah beberapa kali mengalami pembaruan teknis. Sebelum 2005, asap putih dihasilkan dengan mencampurkan jerami basah. Sedangkan asap hitam didapatkan dari tar. Namun, asap abu-abu yang kerap membingungkan publik mendorong Vatikan untuk menggunakan campuran bahan kimia yang lebih akurat. Asap putih adalah hasil campuran kalium klorat dan laktosa. Sedangkan asap hitam adalah hasil pembakaran kalium perklorat dan belerang.
BARISAN KARDINAL mengantre untuk disumpah tidak akan membocorkan apa pun yang terjadi di momen konklaf, 12 Maret 2013. Foto ini diambil sebelum konklaf yang memunculkan Jorge Mario Bergoglio sebagai Paus Fransiskus.-OSSERVATORE ROMANO VIA AFP-
Dua tungku juga sudah berdiri di sudut kapel. Satu untuk membakar surat suara, satu lagi untuk menciptakan efek asap. Asap dari keduanya naik melalui cerobong yang sama. Sekali lagi, itu akan menjadi penggabungan simbolik antara tradisi spiritual dan teknologi kimia modern.
Meski detail prosedur teknis untuk konklaf kali ini belum diumumkan secara resmi, satu hal tetap pasti: Gereja Katolik tetap setia pada ritualnya, menjaga keheningan, kesakralan, dan misteri dalam proses pemilihan pemimpin tertingginya.
Di tengah dunia yang gemar kecepatan dan keterbukaan, Gereja tetap tak ingin tergesa-gesa. Sebab, dalam diam dan asap, iman menemukan jalannya... (*)