SURABAYA sudah menjadi kota metropolitan sejak dulu. Sebelum Indonesia lahir. Ketika masih menjadi Hindia Belanda. Bahkan, sejak dalam kendali VOC. Saya menyelami salah satu sisi kisahnya. Pada tahun 1915, sejumlah dokter sudah dikirim dari Belanda ke Surabaya. Salah satunya dokter mata. A. Deutman namanya.
Ia dokter mata. Tinggal di daerah Genteng Kali. Dekat Jalan Tunjungan yang dulu sudah menjadi pusat perkantoran dan perbelanjaan.
Depan rumahnya menjadi tempat mangkal para pria pribumi. Para kuli yang bekerja di sepanjang Tunjungan. Saat itu jalan legendaris tersebut sudah menjadi pusat perdagangan dan perkantoran.
BACA JUGA:Surabaya Nir-hub
BACA JUGA:Merdeka dari Surabaya
Ia tergugah mendirikan klinik mata pertama di Kota Pahlawan karena menyaksikan kaum pekerja itu terkena wabah penyakit mata. Rintisannya tersebut kini jadi RS Mata Undaan.
Kisah itu menggambarkan posisi Surabaya sejak zaman dulu. Kota ini di zaman Belanda sudah menjadi kota perdagangan. Konon diler Mercedes-Benz pertama bukan di Batavia. Melainkan di Surabaya.
Bulan ini Kota Surabaya berusia 732 tahun. Sudah perlukah Surabaya melakukan reposisi ulang tentang perannya dalam peta nasional? Peran baru apa yang biss diambil sekarang?
BACA JUGA:Menghidupkan Seni Surabaya
BACA JUGA:The Godfather Seniman Surabaya
Rasanya kota ini sudah perlu melakukan reposisi ulang. Karena dunia terus berubah. Pusat-pusat grafitasi juga terus bergeser. Pusat pembangunan di Indonesia telah bergerak dari barat ke timur. Itu membuat posisi Surabaya dengan sendirinya ikut terpengaruh.
Jika dulu Surabaya menjadi simpul utama ekonomi di kawasan timur, kini sudah pasti tidak lagi menjadi satu-satunya. Jika dulu menjadi pintu gerbang bagi Indonesia Timur, kini gerbangnya tak lagi Surabaya. Ada gerbang-gerbang baru di Kalimantan dan Sulawesi.
Apalagi, dengan berdirinya Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalaimantan Timur. Jika sudah beroperasi sebagai pusat pemerintahan Indonesia, wilayah itu akan menjadi pusat grafitasi baru. IKN bukan hanya lokasi administratif. Melainkan, penanda penting pergeseran ekonomi nasional.
BACA JUGA:Surabaya Tanpa Gerakan
BACA JUGA:Surabaya Goes to Wellness and Medical Center Tourism