Menurut pelaksana acara Wicaksana Isa Nugraha, tema acara tersebut merefleksikan adanya perbedaan agama. Perbedaan itu bisa berpotensi menyatukan maupun memisahkan hubungan dalam masyarakat.
BACA JUGA:Mengenal Gereja Santa Maria Maggiore, Tempat Peristirahatan Terakhir Paus Fransiskus
Maka, acara itu merupakan upaya untuk menyadarkan masyarakat tentang pentingnya toleransi. Juga membangun solidaritas antarumat beragama.
“Khusus Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela Surabaya, mereka punya agenda tahunan. Yaitu mengadakan misa penghormatan untuk para korban," ungkapnya.
"Sekaligus sebagai ajakan kepada seluruh lapisan masyarakat untuk berkolaborasi dan merefleksikan kejadian bom ini,” tambahnya.
BACA JUGA:Paus Fransiskus: Perjuangan Sembuhkan Luka Lama Gereja
Beberapa perwakilan tokoh pemuka agama hadir dalam kegiatan itu. Termasuk melakukan doa bersama. Seperti Pendeta Andri Purnawan dari Kristen Protestan, Robertus Tri Budi Widyanto dari Perwakilan Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela, Budiono dari Islam, Liem Tiong Yang dari Konghucu, Jero Mangku Putu Agus dari Hindu, Samanera Kris dari Buddha, Alvito Deannova dari Penghayat Kepercayaan, Hamdi dari Baha’i, dan Dhanny Kurniawan dari Tao.
Harapannya dengan acara Peringatan Bom 13 Mei yang diikuti oleh berbagai umat beragama, akan tercipta sesuatu yang positif. Sehingga, masyarakat bisa membangun hidup bersama dengan lebih solid di tengah keberagaman agama. (*)