Skema safari wukuf di Arafah memudahkan bagi para jamaah haji lanjut usia (lansia) dan difabel. Tahun ini, kuota safari wukuf pun ditambah. Dari yang tahun sebelumnya sekitar 300 orang, kini menjadi 500 orang.
—-- Hotel Safwa Al-Sharooq di sektor 5 Daerah Kerja Makkah berbeda dengan hotel-hotel jamaah haji Indonesia lainnya. Di lobi itu terdapat sejumlah kursi roda yang tertata rapi. Tanda bahwa banyak jamaah difabel yang menginap di hotel 18 lantai tersebut. Tim Media Center Haji menengok slah satu jamaah difabel itu. Seorang perempuan mengenakan mukena serbaputih keluar menggunakan kursi roda dari salah satu kamar di lantai tujuh. Wajahnya tampak cerah oleh senyum yang merekah. BACA JUGA:PPIH Sebut Seluruh Jamaah Haji yang Terpisah Rombongan Sudah Diberangkatkan ke MakkahSambutannya begitu hangat. Kaki kirinya yang sudah hilang seolah tak membuat hidupnya tak terkungkung keterbatasan. Ya, dialah Endang Tri Nurningsih, salah satu jamaah difabel asal Pekalongan.
Endang menjadi salah satu dari jutaan tamu Allah pada musim haji kali ini. Ibu tiga anak yang kini berusia 60 tahun itu berangkat bersama sang suami, Khuyai Maksum Seniban, yang berusia 67 tahun. Keduanya termasuk kategori lansia dan tinggal di hotel yang sama, meski berbeda kamar.
"Alhamdulillah, satu hotel sama suami," ucapnya penuh syukur. Endang tergabung dalam Kloter 22 Embarkasi Solo. Perjalanan menuju Baitullah dimulai sejak Selasa dini hari, 6 Mei lalu.
BACA JUGA:Dehidrasi dan Kelelahan Picu Lonjakan Penyakit Kronis Jamaah Haji, Ini Imbauan Medisnya
Dia merasa mendapat layanan dan fasilitas yang layak. Baik di Asrama Haji Solo, bandara, hingga hotel di Madinah maupun Makkah. Saat tiba di Madinah, Endang pum mendapat sambutan hangat, termasuk pelayanan khusus bagi jamaah berkursi roda.
“Hotel di Madinah bagus, teman sekamar juga baik. Waktu salat di Masjid Nabawi gampang, tinggal turun sedikit langsung sampai,” tuturnya, Senin, 19 2025.
Endang merasa pelayanan terhadap lansia dan difabel cukup memadai. Dia sendiri mulai menggunakan kursi roda sejak 2013. Setelah kakinya harus diamputasi akibat kecelakaan: keserempet truk gandeng saat ada perbaikan jembatan.
BACA JUGA:Tim Kesehatan PPIH Siagakan 28 Dokter Spesialis dan 90 Ton Obat untuk Jamaah Haji 2025
“Saya sendiri yang minta ke dokter untuk diamputasi. Dagingnya habis, tinggal tulang. Kalau ditembel malah bisa busuk,” kenangnya tenang. Meski kehilangan satu kakinya, Endang tetap semangat. Dia masih mengajar di TK milik yayasan hingga aktif dalam Organisasi Aisyiah.
Seratus hari sebelum kejaian nahas itu, Endang dan suaminya baru saja mendaftar haji bersama. Dia tak mau memikirkan kapan bisa berangkat. Yang penting dan utama adalah niat serta ketulusan.
“Tapi saya ingat ibu saya. Beliau bilang, kamu itu seorang istri harus kuat, kalau istri goyah, semua goyah,” ucapnya, matanya berkaca-kaca. Air matanya pun tak terbendung begitu mengenang pesan-pesan ibunya.
BACA JUGA:AHES Surabaya Sudah Berangkatkan 36.845 Jamaah Haji, Temuan Barang Terlarang Minim
Kini, dengan keteguhan hati yang dia bawa sejak rumah hingga Masjidilharam, Endang hanya ingin satu: berdoa agar seluruh keluarganya selalu rukun dan mendapat panggilan Allah. “Saya percaya, malaikat Allah sudah diutus untuk menolong saya,” katanya lirih.
Sang suami, Khuyai Maksum Seniban, yang baru saja pensiun dari tugasnya sebagai tenaga administrasi di sebuah SMA, terus mendampingi istrinya dalam ibadah ini. Doa dan cinta di antara mereka tetap menyatu dalam setiap langkah menuju ridha-Nya.
Anda sudah tahu, jumlah jamaah haji lansia daniabel tahun ini mencapai 47.384 orang. Skema safari wukuf pun menjadi solusi nyata bagi mereka.