Makanan juga memiliki kekuatan nostalgia. Jajanan jadul seperti chiki, gulali, dan es lilin tidak hanya membangkitkan kenangan masa kecil. Tetapi juga menjadi penghubung antar generasi.
BACA JUGA:Fenomena Camera Eats Firts: Estetika yang Mengubah Cara Menikmati Makanan
Menghidupkan kembali kuliner lama menciptakan ruang berbagi cerita antara orang tua dan anak cucu. Sekaligus menjaga kesinambungan identitas budaya.
5. Alat Rekonsiliasi dan Perdamaian
Dalam banyak budaya, makan bersama merupakan tahap penting dalam proses penyelesaian konflik. Makanan menciptakan ruang netral, tempat pihak-pihak yang bertikai dapat berdialog secara setara. Pun, membangun kembali rasa saling percaya.
Makanan lebih dari sekadar asupan tubuh. Makanan adalah hal yang menyatukan banyak hal melalui rasa, cerita, dan tradisi.
BACA JUGA:Fenomena Camera Eats Firts: Estetika yang Mengubah Cara Menikmati Makanan
Makanan membangun jembatan antarindividu, mempererat komunitas, serta menjadi simbol perdamaian, identitas, dan cinta.
Di tengah dunia yang semakin beragam dan dinamis, menghargai dan merayakan keberagaman kuliner merupakan langkah nyata dalam merawat toleransi dan membangun masa depan. (*)
*) Mahasiswa magang dari Prodi Sastra Inggris, Universitas Negeri Surabaya.