Air Mata Aman Kaisuku di Makkah, Perjalanan Haji yang Tak Pernah Ia Duga

Sabtu 24-05-2025,19:36 WIB
Reporter : Devia Nafasya
Editor : Noor Arief Prasetyo

HARIAN DISWAY - Tangis haru menyelimuti Aman Kaisuku, seorang guru ngaji asal Ambon, saat mengetahui bahwa namanya termasuk dalam daftar calon jamaah haji tahun ini.

Pria berusia 71 tahun itu tak menyangka panggilan ke Tanah Suci akhirnya tiba juga. Ia tidak bisa menahan air mata saat kabar itu sampai padanya.

“Itu saya menangis karena tidak diduga, tidak disangka, masyaallah tidak bisa digambarkan. Itu saya menangis, belum tentu semua orang bisa begitu,” ujar Aman sambil meneteskan air mata saat ditemui di Makkah, Sabtu, 24 Mei.

BACA JUGA:Begini Cara Petugas Haji Menemukan dan Mengantar Koper yang Salah Alamat

Ia mendapatkan kuota haji sebagai guru ngaji dari Pemerintah Provinsi Maluku pada tahun 2013. Ia seharusnya berangkat pada tahun 2024.

Namun karena persiapan yang dirasa mendadak, ia memutuskan menundanya satu tahun. Ia ingin mempersiapkan diri secara matang. Menurutnya, keberangkatan haji bukan hanya tentang kesiapan fisik, tetapi juga kesiapan batin. 

“Hanya air mata, itu saja, saya tidak bisa ceritakan lebih banyak, tidak bisa sama sekali, karena semua ini kan kuasa Allah, cukup bagi saya itu saya bersyukur bahwa Allah telah memberikan saya jalan,” tambah Aman dengan suara bergetar.

BACA JUGA:Jelang Puncak Haji, Jamaah Diminta Siapkan Fisik dan Kurangi Aktivitas

Aman mengikuti manasik haji dengan penuh semangat. Setiap materi yang ia pelajari diserap dan diamalkan.

Ia menyebutkan bahwa saat manasik haji, hatinya kembali tersentuh hingga ia kembali menangis. Terutama ketika mengucapkan kalimat talbiyah.

Sesampainya di Tanah Suci, Aman langsung teringat pada pesan orang tuanya yaitu mengusapkan tanah ke dahi setelah tiba di Arab Saudi.

BACA JUGA:Laporan Haji dari Makkah (12): Ziarah ke Makam Mbah Moen di Ma'la, Ingin Diakui Jadi Santri

Ia tidak menunggu lama untuk mengamalkan pesan itu. Ia mencari sebidang tanah kosong dan melaksanakan pesan tersebut.

“Saya bersyukur di Jeddah waktu itu saya turun pertama kali awal, saya turun langsung mencari tempat yang tidak ada halangan, beta bersyukur di situ ngambil tanah, kemudian saya sapu di dahi saya. Itu kan pegangan orang-orang tua saya, maka saya laksanakan,” jelas Aman.

Sejak awal keberangkatan hingga tiba di Makkah, Aman merasa begitu dimudahkan. Ia tidak pernah merasa sendirian.

Kategori :