Pameran Sastra Rupa Slamet Henkus: Legenda Itu Hidup

Selasa 10-06-2025,12:29 WIB
Reporter : Anang Prasetyo*
Editor : Heti Palestina Yunani

BACA JUGA: Budaya Asal Terima: Pembangunan Top-Down yang Melemahkan Kesadaran Kritis

Segera datangilah pameran tunggalnya, sebab narasi dan diksi dari lisan, pikiran, hati itu telah nyawiji dadi siji. Itu tertuang secara satu kesatuan antara bahasa ungkap visual (lukisan) atau sastranya yang tertorehkan di setiap lukisannya.

Apa yang saya sangka sastra berupa puisi, ternyata adalah narasi kisah legenda tentang Dewi Sri, Dewi Nawangwulan, Panji. Ini kurang lebih sama dengan teman perupa yang dikuratori Mikke Susanto, tatkala mengetengahkan Sastra Rupa Babad Diponegoro.


Pameran tunggal Slamet Henkus menampilkan karya-karya yang menyatu antara gambar dan cerita, menghadirkan pengalaman artistik yang mendalam sekaligus menghidupkan kembali warisan budaya Jawa dalam bentuk yang segar dan menyentuh. -Anang Prasetyo-

Selamat berpameran, Cak. Tetap sehat dan ayem tentrem selalu. Semoga semangat ajaran Jawa berupa guyub rukun, ternyata bukan gotong royong yang politis itu. Kita yang masih megap-megap dengan pameran tunggal dua event yang lalu, sekarang sudah hadir ditimpali dengan Sastra Rupa yang malah mengharu biru kesadaran teknis, praktis, dan semangat kerja keras penciptaan kita.

BACA JUGA: Oleh-Oleh dari Presiden Recep Tayyip Erdogan

Satu catatan, alangkah indah dan elok jika e-katalog Sastra Rupa dan pameran tunggal lainnya dihadirkan. Syukur buku rekam jejak visual juga terhadirkan, tidak hanya di kaus kreasi sang seniman sablon yang ketemu di Galeri Raos Rabu pagi itu.

Sungguh, saya bersaksi dalam kesenyapan jiwa terdalam. Maecenas Jawa yang hidupnya di Batu Malang itu benar-benar hadir. Semar ngejowantah dengan rupa dan sastra di bawah bukit Panderman yang dingin menyegarkan.

Meskipun saya haqqul yakin bukit itu bukan nama aslinya. Legenda Jawa itu benar-benar hidup!!! (*)

*) Anang Prasetyo, pelukis dan guru tinggal di Tulungagung

Kategori :